Menemukan arti, dan memberi arti, sebuah harapan selama pandemi

Usaha warung mie Bpk Goh Heng Hock sangat terdampak oleh pandemi Covid-19, tapi hal ini tidak menghentikan beliau membantu mereka yang membutuhkan.

Bpk Goh Heng Hock, 60, bersama istrinya, Lee San Phui, 52, di warung Million Fishball Noodles milik mereka.

Bisa dikatakan, kuah mie mengalir dalam darah mereka.

Bpk Goh Heng Hock, 60, adalah generasi kedua dari keluarganya yang menjual mie bakso ikan. Bersama dengan istrinya, Bpk Goh menjalankan Million Fishball Noodles di warung kopi Kim San Leng di Bishan. Sementara itu, putrinya yang berusia 33 tahun meneruskan usaha ini dengan membuka cabang lain di Bukit Panjang.

Beliau telah menjalankan usaha ini selama hampir 30 tahun. Mengenai wabah Covid-19, beliau hanya berujar, “Tidak pernah ada krisis yang memengaruhi warung saya separah ini.”

Beliau biasa menjual sekitar 400 mangkok mie setiap harinya, tetapi penjualannya turun drastis ketika pandemi melanda. Selama masa circuit breaker (istilah lockdown di Singapura) di Singapura, di mana orang-orang dianjurkan untuk diam di rumah dan dilarang makan di luar, pendapatan warung makan Bpk Goh turun hingga 50%.

Secercah cahaya di ujung lorong yang nampak tidak berujung datang ketika beliau dilibatkan menjadi bagian dari program "Feed the City - DBS Edition" milik The Food Bank Singapore, didukung oleh DBS Stronger Together Fund serta pengumpulan dana dari masyarakat dan karyawan bank.

Sebagai bagian dari program ini, Bpk Goh memenuhi pesanan dalam jumlah besar untuk para lansia dan keluarga berpenghasilan rendah yang sangat terdampak oleh pandemi.

“Saya senang menjadi bagian dari program ini,” ujar Bpk Goh. “Sekarang saya ada pesanan, dan di saat yang sama, saya bisa membantu mereka yang membutuhkan.”

Meskipun harus mulai bekerja lebih pagi dari biasanya untuk menyiapkan pesanan agar tepat waktu untuk diantarkan, beliau berkata tidak merasa lelah. Setelah mengetahui bahwa makanannya ditujukan untuk mereka yang membutuhkan, beliau mengurangi harga makanan sebesar 30%, dan bahkan memberi porsi yang lebih besar.

“Ketika Anda pernah merasa kelaparan, Anda akan paham bagaimana rasanya. Ini hanya sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu sesama orang Singapura,” ujarnya.

Kini ketika makan di restoran telah diijinkan dengan berakhirnya Circuit Breaker, Bpk Goh merasa senang bertemu pelanggan tetapnya. “Beberapa dari mereka masih remaja waktu mereka pertama kali membeli makanan dari saya. Sekarang mereka sudah memiliki anak, dan mereka membawa anak mereka untuk makan di warung saya!”

“Sekarang memang berat, tapi pasti akan berlalu. Segalanya akan jadi lebih baik,” ujarnya optimis.

Bukan bisnis seperti biasa

Warung Bpk Goh adalah satu dari lebih dari 60 yang berpartisipasi dalam “Feed the City - DBS Edition”, di bawah payung Kim San Leng. Kim San Leng, nasabah DBS, diajak untuk turut ambil bagian dalam program ini.

“Para pemilik warung menyadari penurusan drastis pendapatan mereka, dan saya lega bahwa dengan berpartisipasi dalam program ini bisa membantu mereka, dan juga memungkinkan kami berbuat baik untuk masyarakat,” ujar Andy Hoon, direktur eksekutif.

Pendekatan langsung Bpk Hoon untuk memastikan pesanan disiapkan dan diantarkan dengan baik membuatnya bertemu dengan banyak penerima manfaat.

“Saya melihat banyak hal selama beberapa bulan terakhir, dan saya belajar banyak juga,” ujarnya. “Ketika orang bertepuk tangan saat Anda mengantarkan makanan untuk mereka, atau ketika mereka berkomentar makanannya enak, Anda mulai menyadari bahwa lebih baik memberi daripada menerima.

“Sekarang ini sangat penting bagi kita untuk menunjukkan cinta kasih pada mereka yang membutuhkan, dan memberi harapan pada mereka selama masa sulit ini,”
– Mr Andy Hoon, CEO of Kim San Leng

Kemitraan dengan DBS ini juga menandai arah baru untuk Kim San Leng. Ketika tersebar berita bahwa waralaba warung kopi ini bantu memberi makan mereka yang membutuhkan, perusahaan dan grup lain mendekati perusahaan itu untuk bermitra dalam prakarsa sejenis. Salah satu grup itu adalah The Social Delivery, yang terdiri dari tiga mahasiswa program sarjana dari Universitas Nasional Singapura.

Nn Elsa Koh, salah satu mahasiswa di balik proyek ini berkata, “Bukan hanya ingin membantu mereka yang membutuhkan, kami berharap inisiatif ini dapat membantu penjual makanan yang sedang kesusahan. Kami merasa tersentuh akan dukungan yang diberikan pada kami oleh Kim San Leng dan donatur kami melalui laman crowdfunding kami.”

Bpk Hoo menyampaikan, “Kita memiliki tanggung jawab sosial. Selama masa seperti ini, saya tidak bisa sekedar menjadi tauke saja. Lihatlah grup yang diprakarsai mahasiswa-mahasiwa muda itu. Sumber daya mereka terbatas, tapi mereka melakukan apa pun yang mereka bisa untuk membantu.”

“Saya lega ketika DBS mendekati saya untuk menjadi bagian dari program ini. Ini adalah masa yang sulit untuk semua orang, tapi jika kita semua bekerja sama, kita akan keluar dari masalah ini bersama juga.”

DBS Stronger Together Fund adalah dana sebesar 10,5 juta SGD yang dibentuk oleh DBS untuk membantu masyarakat yang sangat terdampak oleh Covid-19 di seluruh penjuru asia. Dengan dana ini, DBS akan menyediakan sekitar 4,5 juta paket makanan dan perawatan pada mereka yang terdampak. DBS juga akan mendanai penyediaan alat tes diagnostik, peralatan perlindungan diri, dan persediaan medis lainnya untuk membantu perjuangan melawan Covid-19.

Di Singapura, DBS bermitra dengan organisasi nirlaba The Food Bank Singapore dan ItsRainingRaincoats untuk mendistribusikan hingga 700.000 makanan bagi lansia, mereka yang berpenghasilan rendah, dan pekerja migran. Bank juga akan menyamakan donasi dari masyarakat dan karyawan, dolar demi dolar, hingga 1 juta SGD. Bank juga akan menyamai donasi masyarakat dan karyawan, dolar demi dolar, hingga 1 juta SGD.