Menemukan peluang di tengah pemulihan ekonomi | English

Indonesia.10 Sep 2020.3 min read

Bank DBS Indonesia gandeng ragam korporasi hadirkan diskusi bermanfaat untuk beradaptasi di iklim investasi era baru bagi para nasabah


Indonesia, 10 Sep 2020 - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak perubahan besar di segala aspek kehidupan, terutama dalam hal dampak ekonomi yang ditimbulkannya. Banyak negara di dunia yang roda perekonomiannya terganggu, tidak terkecuali Indonesia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di triwulan kedua mengalami kontraksi sebesar -5,32% secara tahunan, merupakan penurunan terendah sepanjang sejarah Indonesia. Namun untuk menggerakkan kembali roda perekonomian pemerintah telah meluncurkan berbagai stimulus untuk membantu berbagai lapisan masyarakat.

Dengan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sebagian besar wilayah di triwulan kedua dalam upaya menekan angka penyebaran kasus positif Covid-19, penurunan kinerja perekonomian telah diperkirakan. Berbagai sektor mengalami penurunan secara keseluruhan. Sektor pakaian, alas kaki, dan jasa pemeliharaan turun sebesar -5,13%, transportasi dan komunikasi turun sebesar -15,3%, serta restoran dan hotel mengalami penurunan sebesar -16,53% yang mana merupakan sektor yang paling parah terdampak. Berbagai upaya telah dan terus dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan perekonomian. Sejumlah stimulus di beberapa sektor telah diberikan untuk membantu masyarakat kelas bawah, seperti bantuan langsung tunai, paket sembako, program kartu pra kerja, dan lain sebagainya.  Ke depan, stimulus juga akan diberikan untuk konsumen kelas menengah.

Bank DBS Indonesia pun secara aktif memberikan berbagai informasi yang dapat membantu nasabah dalam meraih kesempatan-kesempatan yang muncul di masa pemulihan ekonomi pasca pandemi melalui berbagai format, yang kali ini dalam format online talkshow. Memasuki awal masa pandemi di Maret lalu, DBS secara gesit beradaptasi menyesuaikan diri dalam memenuhi kebutuhan nasabah akan informasi dan wawasan yang terdepan mengenai ekonomi & gaya hidup, dimana sebelumnya kami lakukan secara tatap muka (offline) menjadi virtual event atau webinar. Kegiatan virtual event yang dinamakan dengan DBS eTalk Series ini rutin kami adakan sejak awal pandemi dan merupakan wujud komitmen kami menjadi partner keuangan terpercaya, memberikan pandangan ekonomi serta panduan untuk menangkap beragam peluang yang ada.  Dengan demikian, nasabah dapat selalu “Live more, Bank less”, menikmati hidup tanpa perlu dirumitkan dengan urusan perbankan.,” ujar Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia, Rudy Tandjung.

“Saya pribadi sangat mengapresiasi apa yang Bank DBS Indonesia lakukan untuk memberikan informasi terkini dan wawasan baru kepada para nasabah apalagi di tengah situasi seperti saat ini. Informasi yang kami dapatkan mampu menjadi landasan kami untuk mendapatkan peluang investasi saat ini. Saya berharap kedepannya akan semakin banyak diskusi bermanfaat seperti ini yang diadakan Bank DBS Indonesia,” ujar Villysia Sianandar, salah satu nasabah Bank DBS Indonesia.

Dalam salah satu sesi DBS eTalk Series bertajuk “Finding Opportunities Amidst Ongoing Economic Recovery and Sustainable Consumerism” (26/8) yang diadakan oleh PT Bank DBS Indonesia dan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (“MAMI”), Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist MAMI mengatakan, “Beberapa faktor yang bisa menggairahkan perekonomian, terutama dari sisi konsumsi di paruh kedua 2020, di antaranya adalah gaji ke-13 untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan anggaran Rp28,5 triliun, bantuan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp24 triliun, dan cash-back voucher dengan anggaran sebesar Rp7,6 triliun untuk mendorong masyarakat membeli produk UMKM melalui program Bangga Buatan Indonesia. Selain itu, pemerintah juga telah menganggarkan dana sebesar Rp37 triliun untuk memberi stimulus selama empat bulan bagi masyarakat yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta per bulan.”

Konsumsi domestik dan penjualan ritel rumah tangga menjadi salah satu kunci utama dalam menggerakkan PDB Indonesia yang saat ini mendominasi hingga 58% dari ekonomi indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Hemant Bakshi, President Director PT Unilever Indonesia mengungkapkan, “Sebagai perusahaan consumer goods dengan berbagai merek yang sangat dekat dengan kehidupan keluarga Indonesia, kami berkomitmen untuk memastikan bahwa produk-produk kami terus memenuhi kebutuhan konsumen kami setiap harinya. Bukan hanya mendorong kami untuk terus berinovasi dan memaksimalkan pengalaman selama puluhan tahun, pandemi juga menjadikan kami lebih adaptif, gesit, penuh perhatian, dan tajam dalam mengenali demand patterns, kemudian tetap mewujudkan hasil yang diinginkan dalam kondisi terkini. Inilah salah satu cara yang kami yakini dapat membantu konsumsi rumah tangga untuk terus meningkat sehingga bersama-sama Indonesia dapat keluar dari krisis ini dengan lebih tangguh.”

Di sisi lain, pandemi bukan berarti masyarakat tidak dapat berinvestasi, namun memang para investor ritel perlu mengkaji ulang portofolio yang dimiliki dan beradaptasi di iklim investasi era baru (embracing new investment climate). Ronny Setiawan, Head of Trading, Treasury & Markets, PT Bank DBS Indonesia mengatakan, “Banyak masyarakat menganggap menyimpan USD akan lebih untung daripada menyimpan rupiah, namun bisa dibilang ini tidak sepenuhnya benar. Kita melihat bahwa rupiah mempunyai kecenderungan menguat karena FED balance sheet expansion, terlebih dengan Bank Indonesia yang sedang mempertimbangkan pemberlakuan peraturan konversi dana hasil ekspor dengan ratio tertentu, hal ini akan menambah supply USD di pasar valas.”

Terkait dengan pelemahan rupiah yang bahkan sempat mencapai Rp16.000 di awal terjadinya pandemi di Indonesia, Ronny menyampaikan bahwa hal tersebut hanya bersifat sementara. Perlahan-lahan rupiah menguat dan diperkirakan rupiah bisa turun ke Rp14.000 hingga akhir tahun. “Kedepannya, opportunity investasi lebih ada di rupiah. Menempatkan rupiah di deposito dengan bunga 6-7% long term dan pelemahannya selama sepuluh tahun terakhir di sekitar 3,98%, investasi di rupiah akan memberikan hasil yang lebih menguntungkan dalam hal ini,” tutup Ronny.

 

[END]

 

Tentang DBS

DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan kehadiran di 18 pasar, berkantor pusat dan terdaftar di Singapura, DBS berada dalam tiga sumbu pertumbuhan utama Asia: Cina, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Peringkat kredit "AA-" dan "Aa1" bank DBS termasuk yang tertinggi di dunia.

Dikenal dengan kepemimpinan globalnya, DBS dinobatkan sebagai “World’s Best Bank” oleh Euromoney, “Global Bank of the Year” oleh The Banker dan “Best Bank in the World” oleh Global Finance. Bank DBS berada di garis terdepan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan, yang dipilih sebagai “World’s Best Digital Bank” oleh Euromoney. Selain itu, DBS telah mendapatkan penghargaan “Safest Bank in Asia” dari Global Finance selama sebelas tahun berturut-turut sejak 2009 hingga 2019.

DBS menyediakan berbagai layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perbankan perusahaan. Sebagai bank yang lahir dan dibesarkan di Asia, DBS memahami seluk-beluk berbisnis di pasar paling dinamis di kawasan. DBS bertekad membangun hubungan langgeng dengan nasabah, dan berdampak positif terhadap masyarakat melalui dukungan perusahaan sosial dengan cara bank-bank Asia. DBS juga telah mendirikan yayasan dengan total dana senilai SGD 50 juta untuk memperkuat upaya tanggung jawab sosial perusahaan di Singapura dan di seluruh Asia.

Dengan jaringan operasional ekstensif di Asia dan menitikberatkan pada keterlibatan dan pemberdayaan stafnya, DBS menyajikan peluang karir yang menarik. Bank DBS mengakui gairah, tekad, dan semangat 29.000 karyawannya, yang mewakili lebih dari 40 kebangsaan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.dbs.com.