Mengatasi Potensi Dampak Buruk Urbanisasi

Global / Wawasan / 17 November 2014

Urbanisasi dengan skala besar di Asia akan melecut pertumbuhan ekonomi. DBS Group Research dalam laporannya “Asian Gamechangers: Going to Town Urbanisation in Asia” menyebutkan, pada pertengahan abad ini, tiga miliar populasi urban yang mendiami Asia akan mengembalikan kejayaan benua ini sebagai pusat ekonomi dunia.

Namun, apabila tidak ada antisipasi dampaknya, maka ledakan penduduk ini akan memunculkan berbagai permasalahan. Menumpuknya jutaan manusia dari latar belakang yang berbeda menimbulkan persaingan yang kejam dan juga berdampak pada lingkungan, antara lain eksploitasi lahan tanpa batas. Sejumlah kawasan urban bahkan diperkirakan menjadi kota gagal karena bertumpuknya aneka permasalahan, dan otoritas kota gamang mengambil langkah perbaikan.

Dalam daftar 20 kota dengan polusi paling buruk di dunia, 11 diantaranya merupakan kota-kota di Asia. Salah satunya adalah Beijing. Polusi menyebabkan kematian prematur setengah juta orang di Asia setiap tahun.

Selain soal polusi, sorotan lain terhadap kota-kota urban di Asia adalah minimnya sarana transportasi publik. Mobil dan sepeda motor menjadi pilihan paling rasional bagi warganya karena angkutan publik yang tersedia sangat tidak nyaman dan lebih menyita waktu. Di lain pihak, otoritas setempat justru memberikan insentif, contohnya potongan pajak, kepada industri otomotif. Adapun investasi untuk transportasi publik, yang memang mahal, dianggap tidak rasional.

Permasalahan sosial juga muncul, yaitu gap antara orang kaya dan miskin. Ada garis pemisah antara si sukses dan si gagal. Kondisi ini menimbulkan gesekan, manakala pemerintah gagal memberikan layanan yang baik dengan harga terjangkau kepada semua golongan. Maka yang muncul adalah kawasan kumuh yang menjadi sarang kekerasan, narkoba, dan kejahatan lainnya, yang pada akhirnya mendorong instabilitas dan gelombang ketidakpuasan publik.

Masalah-masalah perkotaan ini muncul karena lemahnya perencanaan otoritas kota dalam mengantisipasi urbanisasi. Urbanisasi memang kunci pendorong kemajuan kota, tapi tanpa mengelola dampaknya, yang akan didapat hanya berbagai problema tak berkesudahan. Oleh sebab itu, pemerintah dituntut membuat rencana yang pada akhirnya bisa memberikan aneka layanan yang terjangkau bagi warganya, mulai dari transportasi, air bersih, hingga energi.

Segala layanan yang diberikan itu tentu harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Energi terbarukan, air daur ulang dan berbagai produk ramah lingkungan. Pembangunan infrastruktur juga harus memperhatikan alam, sehingga dampak seperti banjir dan kelainan musim yang menjadi penyebab bencana dapat dihindari. Tuntutan ini sekaligus tantangan bagi otoritas kawasan urban dan menjadi pertaruhan untuk menjadi kota maju atau kota gagal.

Meski tidak mudah, langkah ke arah yang lebih baik sudah dimulai oleh sejumlah kota. Pemerintah Shanghai, misalnya, bertekad menambah armada dan jalur bus menjadi dua kali lipat pada 2020 untuk mengurangi ketergantungan warga pada mobil.

Kebijakan dan proyek jangka panjang tersebut menjadi investasi besar untuk mengubah kota urban menjadi kekuatan ekonomi dunia. Dan, tantangan bagi pemerintah adalah berketetapan memilih jalan panjang untuk pembangunan yang berkelanjutan atau hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata, yang bisa membawa masalah pelik bagi kota dan warganya. Baca selengkapnya disini