Asia – Pusat Gravitasi Baru Dunia

Global / Wawasan / 10 Oktober 2014

Populasi di kota-kota besar Asia tumbuh dengan pesat. Didorong urbanisasi, setiap tahunnya, populasi kota besar Asia bertambah 44 juta orang.

Skala urbanisasi yang besar ini memunculkan permintaan-permintaan baru dan lapangan usaha baru yang melecut pertumbuhan ekonomi Asia. DBS Group Research dalam laporannya “Asian Gamechangers: Going to Town Urbanisation in Asia” menyebutkan, pada pertengahan abad ini, tiga miliar populasi urban yang mendiami Asia akan mengembalikan kejayaan benua ini sebagai pusat ekonomi dunia. Ini pernah terjadi pada abad 15 silam. Ketika itu, Asia menyumbang lebih dari dua per tiga Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, sebelum digantikan oleh Eropa, dan kini Amerika Serikat.

Kota-kota urban di Asia inilah yang akan menjadi simpul baru kekuatan ekonomi dunia, menggantikan kota-kota di Eropa dan belahan utara Amerika. Peringkat terbaru yang dirilis oleh Economic Intelligence Unit (EIU) menempatkan 17 kota di Asia dalam peringkat 20 besar kota paling berpengaruh. Sembilan kota berada di Cina dan tujuh di antarannya berada di India. Urbanisasi di Cina bahkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu sepuluh kali lipat dibanding pertumbuhan yang dialami Inggris ketika periode industrialisasi seabad silam.

Kota urban di Cina dan India akan terus berkembang, membentuk megacity, dengan penduduk melampaui 10 juta jiwa. megacity ini akan terus meluas dan menyatu dengan megacity lainnya sehingga membentuk sebuah megaregion. Kota-kota yang berada di sekitarnya akan terkena terseret dalam arus pertumbuhan karena menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kota-kota besar tersebut.

Indonesia pada 2025 akan memiliki satu megacity yaitu Jakarta. Data dari UN World Urbanisation Prospect menyebutkan, pada 2025 penduduk di Ibu Kota Indonesia itu akan mencapai 12,8 juta jiwa. Tidak hanya Jakarta, DBS memperkirakan kota-kota menengah di Indonesia juga akan tumbuh pesat. “ Tidak meratanya pembangunan membuat pertumbuhan saat ini lebih terasa di kota-kota di Jawa. Ketika pembangunan menyebar, maka kita akan lebih sering mendengar kiprah kota-kota menengah lain di Indonesia,” kata ekonom DBS Gundy Cahyadi. Baca selengkapnya disini