Tiket Anda
Not Interested

Pakaian Vintage Adalah Kegiatan Daur Ulang Paling Stylish

28 November 2019
#LiveAwesome

Istilah ‘vintage’ digunakan untuk menggambarkan pakaian yang sudah berusia antara 20-100 tahun, yang mewakili era di mana pakaian tersebut diproduksi. Bisa dibilang, untuk disebut vintage, sebuah karya (dalam hal ini pakaian) harus dapat mencerminkan gaya dan tren yang terkait dengan era itu. 

Pakaian vintage dapat berupa haute couture (adibusana) atau label mode mainstream berkualitas yang sudah digunakan atau second, baru dari deadstock atau produk yang sudah lama tidak terjual, buatan pabrik, dan handmade. Penting juga untuk dipahami, kalau definisi vintage bisa berubah-ubah atau tidak pasti, sehingga setiap dekade menghasilkan item baru yang masuk dalam kategori ini. 

Pakaian ‘Murah’ Kita Bisa Jadi High Cost Untuk Bumi

Angkat tangan kita jika pernah merasa seperti tidak punya apa-apa untuk dikenakan, meskipun memiliki lemari penuh dengan pakaian! Atau, secara impulsif membeli atasan yang sudah lama dibeli, tapi belum pernah dipakai sampai saat ini. Yha, we’ve all been there. Daaan, tanpa kita sadari, pakaian yang kita beli dengan-harga-murah-itu, memberi dampak yang ‘mahal’ pada bumi. 

Dalam situs resminya, organisasi lingkungan global Green Peace, menuliskan, setiap tahun lebih dari 80 miliar pakaian diproduksi di seluruh dunia. Dan, setelah pemakaian jangka pendek, 3 dari 4 pakaian tersebut akan berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar. Hanya seperempatnya saja yang didaur ulang. Parahnya lagi, sebagian besar pakaian saat ini, dibuat dengan serat sintetis seperti poliester, nilon, akrilik, dan spandeks, yang membutuhkan waktu 20-200 tahun untuk melalui proses degradasi. Enggak heran, ya, sampah di dunia semakin lama, semakin banyak.

Barang Lama Kita Bisa Jadi Berharga Untuk Orang Lain

Itulah mengapa Emma Jones-Phillipson, Head of Operations di Greenpop (NGO lingkungan berbasis di Afrika), menyarankan kita untuk mendaur ulang pakaian. Salah satu caranya, adalah dengan menggunakan pakaian vintage. Emma mengatakan, “Jangan membeli barang-barang yang cuma dipakai sebentar. Beli yang bagus, pakai baik-baik, rawat dan perbaiki pakaian untuk membuatnya bertahan lebih lama.” 

Menurut Emma pula, dengan merawat pakaian sehingga tetap bagus dalam waktu lama, dapat membuat kita jadi memberikannya pada orang lain, ketika kita sudah tidak mau mengenakannya lagi. Dengan kata lain, what you no longer love will be someone else's treasure. 

Kita juga dapat menjualnya ke toko barang second. Nah, penjualan pakaian bekas ini bisa memberdayakan pedagang perempuan, lho. Selain itu, bisa membuat model pakaian yang tidak tersedia di masa kini dapat digunakan lagi. Hal ini akan menciptakan ‘pasar’ yang menjual bahan, gaya, dan tren yang sebelumnya pernah hype di masanya, untuk digunakan kembali oleh anak muda masa kini.

Panduan Bergaya Vintage

Jika dipadukan dengan tepat, pakaian vintage bisa sangat bergaya. Mengenakan sesuatu yang unik tentu akan membuat kita tampil menarik. Vintage juga menawarkan kepada setiap orang kesempatan untuk membeli dan memakai label desainer yang mungkin terlalu mahal saat masih baru. Begitu sudah jadi barang second, harganya tentu jauuuh lebih murah. Ya, kan?

Bintang film asal Afrika Selatan yang terkenal dengan keunikan gayanya, Sthandiwe Kgoroge, adalah salah satu selebriti yang selalu menyukai pakaian vintage. Ia percaya tren vintage ini mencerminkan revolusi gaya berpakaian. “Menjadi unik tidak lagi dianggap canggung atau aneh. Orang-orang di seluruh dunia memiliki kepribadian mereka melalui gaya, seni, atau cara lain apa pun untuk mengekspresikan diri,” katanya.

Nah, untuk membantu kita dalam memilih pakaian vintage dan memadukannya, ada beberapa tipsnya dari pakar. Apa saja? Simak di bawah ini.

  • Bee Diamonhead (stylist, editor, creative editor terkemuka) menyarankan kita untuk berani memadukan pakaian vintage dengan pakaian apa saja. “Don’t be afraid to mix it up. If you have a rule book, throw it away. Mix your new and old.” 
  • Marieke Merts, fashion editor yang menetap di Jerman, meminta kita untuk bersabar ketika mencari pakaian vintage yang keren di tumpukan pakaian second. “Be patient. Finding gold requires some digging.
  • Menurut Rebecca Emily Darling (artist, creative director, photographer di Rococoland Studios, Los Angeles), kita bisa menggabungkan gaya vintage dari berbagai era. Misalnya, menggunakan aksesori yang tren di tahun 50-an dengan pakaian bergaya tahun 70-an. “Mixing eras may just be the most fun and exciting way to wear vintage!” ucapnya.
  • Shiona Turini, stylist dan fashion consultant terkenal di Amerika Serikat, menganjurkan kita untuk ‘bermain-main’ dengan layer. Misalnya, mengenakan sweater yang nyaman di atas blus berkancing. “It'll look playful, not prissy. Sspecially when worn with a cute denim mini and flat boots.
  • Kalau ingin bergaya vintage saat ke kantor, saran dari Shiona adalah menggunakan warna dan layer bernuansa gelap. Misalnya, bila ingin menggunakan ‘Jackie-O-style-dress’, tambahkan celana ketat berwarna gelap dengan smart heels dan sweater. 

Masih butuh panduan berpakaian yang stylish untuk ke kantor lainnya? Cek contekkan gaya casual friday di sini. Nah, kalau kita sudah berhasil menghemat budget beli pakaian karena menggunakan pakaian lama warisan nyokap atau oma kita, uangnya bisa dialokasikan ke kebutuhan lainnya, nih. Misalnya, buat budget liburan. Enggak usah jauh-jauh, ke kota tetangga saja sudah cukup menyenangkan, kok. Misalnya, ke Bandung. Eits, ada promonya, lho, di Digibank. Simak promo hemat 15% di hotel Intercontinental Bandung Dago Pakar ini, deh!