Tiket Anda
Not Interested

Kamu, Ya Kamu. Kadang Kamu Tidak Sadar Kalau Kamu Itu Baik Banget.

21 Maret 2019
#LiveKind

Kita pasti sudah sering dengar tentang istilah Sustainable - Berkelanjutan. Ya, menjalani hidup yang sustainable memang merupakan gaya hidup positif yang sedang gencar dijalankan, dipromosikan, bahkan menjadi sumber mata pencaharian di seluruh Dunia, termasuk Indonesia belakangan ini. Secara ekonomi, sustainability bisa dicapai dengan menjalankan elemen-elemennya secara ‘bertanggung jawab’. Artinya, segala keputusan yang diambil dalam kegiatan ekonomi tersebut harus dipikirkan secara benar dampaknya sehingga tidak menciptakan kerusakan demi keuntungan semata. Baik itu dari lingkungan, kesehatan, tatanan sosial, dan yang lainnya.

Berkaitan dengan itu, hal selanjutnya yang mungkin sering kita dengar adalah Social Enterpreneurship / Kewirausaahan Sosial. Sebuah konsep bisnis di mana tidak hanya nilai dan misi sosial, namun juga upaya real dari perbaikan isu sosial dijalankan bersama dengan jalannya bisnis tersebut. Secara trend, banyak pebisnis terutama dari kalangan millennial memulai dan berpindah haluan menjadi wirausahawan sosial.

Tentu, akan sangat ideal bahwa semua bisnis dijalankan dengan model wirausaha sosial karena sudah pasti semua isu sosial akan terselesaikan. Namun, jarang yang menyadari bahwa ekosistem wirausaha sosial itu tidak hanya terdiri dari para pemilik bisnis saja. Kamu, ya, kamu, memiliki peran yang sama pentingnya dalam ekosistem wirausaha sosial - untuk Dunia yang lebih baik.

Tidak semua orang bisa jadi wirausahawan sosial. Memang sangat bisa dipahami bahwa tidak semua orang bisa memulai bisnis. Mungkin karena tidak memiliki passion, belum adanya kesempatan, keadaan yang tidak memungkinkan, atau belum menemukan produk/jasa yang bisa dijual. Namun, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berada dalam ekosistem ini. Kita seorang profesional, Pasti bisa menjadi mentor. Kita memiliki modal, mungkin bisa menjadi investor. Kita memiliki ilmu dan akses, jadilah enabler untuk para wirausaha sosial. Namun yang jelas, apapun latar belakang kita, hal yang pasti bisa kita lakukan adalah dengan menjadi konsumen dari wirausaha sosial!

Foto: dok.Duanyam

Mendukung ekosistem wirausaha sosial semudah menjalankan hidup sehari-hari. Setelah bangun pagi, siap-siap berkegiatan di luar rumah mengenakan pakaian dari Sukkha Citta, tidak lupa dengan tas Du’anyam. Makan siang, bisa di salah satu outlet Burgreens. Kalau mau nyemil, cokelat dari Krakakoa tersedia di banyak supermarket. Pulang ke rumah sambil istirahat, banyak yang bisa dilakukan dari layar ponsel: Boking liburan di Wanderlust ID. Kemudian mau investasi, bisa lewat GandengTangan. Kalau ada rezeki lebih dan mau sedekah bisa lewat Kitabisa.com. Semuanya bisa dilakukan sambil minum cokelat hangat dari Pipiltin CoCoa. Coba perhatikan, apakah ada perubahan gaya hidup ekstrim yang terjadi? Tidak. Semua produk dan jasa di atas adalah Wirausaha Sosial. Jadi, memang semudah itu untuk mendukung sustainability - segampang itu jadi orang baik.

Foto: dok.SukkhaCitta

Jangan skeptis hanya karena mendengar kata ‘Bisnis’ di dalam Bisnis Sosial. Mungkin banyak yang berpikir bahwa “yahhh, ujung-ujungnya bisnis, bebb.” Memang dalam kewirausahaan sosial, bisnisnya haruslah memiliki profit. Ini penting untuk diketahui, karena sebenarnya lebih banyak profit yang di dapatkan, maka makin besar dampak sosial yang diciptakan. Contohnya Toraja Melo yang memberdayakan para penenun di Sulawesi Selatan untuk menciptakan pakaian tenun indah. Semakin kita banyak membeli produknya, semakin banyak profit yang didapatkan Toraja Melo, otomatis semakin banyak pula perempuan Sulawesi Selatan yang diberdayakan untuk memenuhi permintaan bisnisnya. Model bisnis wirausaha sosial seperti Toraja Melo tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan, namun juga upah pemasukan yang layak serta pemberdayaan lainnya agar para target sosial yang menjadi mereka bisa diperbaiki. Ini yang dinamakan dengan sustainable - isu sosial diperbaiki seiring dengan meningkatnya ekonomi. Menjadi pelanggan Toraja Melo, sudah pasti berbeda jika kalau kita hanya menyumbang uang / barang lewat organisasi sosial di tempat yang sama. Bayangkan jika tidak ada lagi yang menyumbang, dan mereka juga belum terlatih untuk mandiri. Sekarang, bisa mengerti cara mana yang lebih sustainable, bukan?

Foto: dok.Burgreens

Yuk, semua jadi bagian dari Dunia yang lebih sustainable.Kita sebagai anak-anak Indonesia, apalagi yang tinggal di kota besar dan memiliki privilege lebih dibanding anak muda lainnya, memiliki tanggung penting untuk menjadi bagian dari sustainability. Menjadi bagian dari ekosistem Wirausaha Sosial merupakan salah satunya. Bahkan se-simpel menyebarkan informasi terkait hal itu. Mulai dari sekarang, yuk kita lebih peka terhadap hal ini. Kita bisa menginformasikan program-program terkait wirausaha sosial, merekomendasikan produk/jasa wirausaha sosial mana yang cocok untuk kebutuhan tertentu, atau bahkan segampang men-share artikel ini di media sosial kita. Karena betul, berbuat baik memang semudah itu.