Dapatkan informasi seputar aktivitas dan penawaran menarik dari PT Bank DBS Indonesia, dengan mengisi form di bawah ini:
DBS Live More Society

DBS Live More Society

#AsianInsight

Permintaan dan Prospek Penguatan Harga Komoditas Tahun Ini

By Admin, 15 Oktober 2021 Kondisi Pasar & Investasi

Permintaan dan Prospek Penguatan Harga Komoditas Tahun Ini

“Meski terdapat moderasi harga komoditas pada paruh kedua 2021, harga rata-rata komoditas tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan 2020,”

Tren harga komoditas dunia menunjukkan pemulihan sejak semester kedua 2020 di tengah berakhirnya karantina wilayah (lockdown) fase awal oleh sejumlah negara akibat pandemi Covid-19. Bank DBS memperkirakan kenaikan harga dan inflasi komoditas akan terus berlanjut tahun ini dan mempengaruhi margin produsen sektor hulu maupun industri hilir.

DBS Group Research dalam laporannya Regional Industry Focus bertajuk Commodity Inflation Analysis memaparkan, sebagian besar komoditas seperti, logam, energi, dan pertanian mengalami masa sulit pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini mengakibatkan penurunan aktivitas perekonomian.

Meski begitu, tanda-tanda pemulihan dan kenaikan tajam mulai terlihat sejak akhir 2020 dan diperkirakan terus berlanjut hingga 2021. Bank DBS mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi penguatan ini, seperti pemulihan global yang sedang berlangsung sehingga mendorong naiknya permintaan komoditas secara tajam dan kembali pada kondisi sebelum Covid-19.

Peningkatan permintaan ini terutama dipicu oleh pemulihan awal ekonomi Tiongkok dan rencana belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS). Kemudian, kebijakan moneter ekspansif dan stimulus fiskal oleh pemerintah di seluruh dunia, khususnya AS sehingga mendorong ekspektasi inflasi dan pelemahan dolar.

Faktor lain yang menyebabkan lonjakan harga yaitu adanya hambatan rantai pasok komoditas tertentu seiring pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19 serta cuaca ekstrem di wilayah tertentu.

"Meskipun ada moderasi harga komoditas pada paruh kedua 2021 setelah kenaikan akhir-akhir ini, harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dibandingkan 2020," tulis Grup Riset DBS dalam laporannya dikutip Rabu (18/8).

Tingginya harga komoditas, diperkirakan bakal menguntungkan produsen komoditas hulu. Sementara sektor hilir, prospek margin mungkin tidak seburuk yang diperkirakan, karena dengan permintaan yang lebih tinggi pada produk akhir, sebagian biaya produksi bahan baku ini dapat dialihkan ke pelanggan.

"Industri hilir kami percaya sektor penerbangan, konstruksi, semen, kilang akan sulit meneruskan kenaikan biaya.  Sementara sektor otomotif, perangkat keras teknologi, galangan kapal, konsumsi makanan minuman (Food & Beverage) akan lebih mengelola margin di tengah meningkatnya permintaan konsumen akhir," tulis laporan tersebut.

Permintaan dan Prospek Penguatan Harga Komoditas Tahun Ini

Outlook Komoditas
Bank DBS membagikan pandangan mengenai beberapa komoditas apa saja yang akan mengalami pegerakan signifikan tahun ini beserta sejumlah faktor pendorong dan industri-industri yang terdampak.

1. Baja

Harga patokan HRC (Hot Rolled Coil) dunia dan Tiongkok  (tidak termasuk PPN) masing-masing naik 59% dan 35% menjadi US$1.069/ton dan US$785/ton pada awal tahun hingga 19 Mei 2021. Harga baja akan terus didukung oleh kenaikan permintaan baja global sebesar 6,2% pada tahun ini yang terdorong oleh Rancangan Undang-undang (RUU) infrastruktur AS dan pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, kebijakan pemeritah Tiongkok dapat menyebabkan persaingan pasokan di pasar menjadi lebih ketat. "Kami perkirakan harga baja akan melemah di semeter kedua 2021 dimana bijih besi  harganya akan turun karena peningkatan pasokan dari pertambangan. Rata-rata harga patokan HRC dunia dan Harga HRC domestik Tiongkok masih diproyeksikan naik 47% dan 37% secara tahunan (year on year) pada 2021," tulis analis DBS, Lee Eun Young dalam laporannya.

Baja dan aluminium merupakan komponen utama pembuatan kendaraan. Selain baja, pabrikan (Original Equipment Manufacturer/OEM) kendaraan akhir-akhir ini banyak menggunakan aluminium dalam produksi kendaraan guna mengurangi berat kendaraan sekaligus menurunkan emisi CO2.

Bahan baku baja diperkirakan menyumbang sekitar 75% terhadap total biaya produksi kendaraan. Oleh sebab itu, DBS percaya OEM mobil mungkin tidak dapat meneruskan kenaikan biaya produksi secara penuh kepada konsumen,

2. Tembaga

Harga tembaga  meningkat 28% menjadi  US$10,115/ton per 19 Mei 2021 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dari  titik terendahnya di level US$4.618/ton pada 23 Maret 2020. Pasar tembaga diperkirakan tetap defisit 248 ribu ton dan 206 ribu ton pada tahun 2021 dan 2022. Angka ini menyusut dari defisit 2020 sebesar 420 ribu ton.

DBS memperkirakan harga tembaga akan melemah di semester kedua tahun ini akibat  peningkatan produksi untuk proyek-proyek baru dengan banyak  kapasitas peleburan di Tiongkok dan memperlambat spekulasi  investasi karena tingkat bunga yang lebih tinggi. Dengan begitu, harga tembaga rata-rata diperkirakan naik 26,2% secara tahunan di level US$ 7.800/ton pada tahun 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

3. Minyak

Pemulihan tajam permintaan minyak global pasca pembatasan mobilitas yang dikombinasikan dengan pemangkasan produksi OPEC, menyebabkan ketatnya pasar di awal tahun. Persediaan minyak global pun menyusut hingga di bawah tingkat rata-rata. DBS memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan tetap meningkat di rentang US$ 65-70/bbl hingga 2022, seiring pemulihan permintaan menuju ke level sebelum pandemi  Covid-19.

4. CPO

Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia naik 250% dari titik terendah pada saat pandemi Maret 2020 dan saat ini menyentuh level tertinggi di level RM 4.500 per metrik ton (MT). Harga tinggi ini kemungkinan bisa bertahan sementara waktu dengan pasokan dan permintaan yang ketat.
Harga minyak kedelai dan minyak nabati lainnya juga membuat harga CPO menguat. Meskipun terjadi reli, harga CPO masih US$ 300 per ton di bawah minyak kedelai. "Asumsi kami harga CPO 2021 berada di US$617 per MT," ujar analis DBS.

Berikut beberapa gambaran dampak kenaikan harga komoditas terhadap biaya produksi sektor industri pengguna.

Sektor Bahan Baku Dampak Terhadap COGS

Otomotif

Baja, Alumunium, Tembaga

Hampir 75%

Konstruksi

Baja

15%

Perangkat Keras Teknologi

Baj, Tembaga, Bahan Kimia, Alumunium

30-80%

Penyuling minyak

Minyak

-90%

Bahan kimia

Minyak

-90%

Penerbangan

Minyak

20-30%

Industri Barang Konsumsi (FMCG)

CPO

10-30%

Makanan Minuman

CPO, Minyak Kedelai dan Komoditas Pertanian Lainnya

85-90%

sumber : Bloomberg Finance L.P, DBS Bank

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan akan terus mencermati dinamika perkembangan harga komoditas serta perekonomian global yang berkaitan asumsi makro dalam RAPBN tahun 2022.  Alasannya, harga komoditas global tak akan terus menerus tinggi sehingga mendukung lonjakan ekspor Indonesia.

Sedangkan terkait situasi global, pertumbuhan negara yang mempengaruhi ekonomi negara seperti Eropa dan Tiongkok, menurut Sri Mulyani juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi sejumlah indikator perekonomian. "Dalam asumsi makro, ini bisa mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan suku bunga," ujarnya dikutip dari Katadata.co.id.

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dan target pembangunan tahun 2022 pada  Selasa (8/6). Seluruh target tersebut akan menjadi dasar penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) tahun depan.
"Rapat kerja Komisi XI dengan pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan menyepakati besaran dasar asumsi makro dan target pembangunan 2022," kata Ketua Komisi XI DPR Dito Ganinduto yang disambut kata setuju oleh seluruh anggota dalam rapat kerja bersama pemerintah, BI, dan OJK, Selasa (8/6).

Pertumbuhan ekonomi dipatok dalam kisaran 5,2-5,8% pada tahun depan. Kemudian, nilai tukar rupiah akan tetap stabil di antara Rp 13.900-15.000 per dolar AS dan tingkat suku bunga surat berharga negara tenor 10 tahun akan ditekan dalam rentang 6,32-7,27%.

Dito mengatakan, pemerintah dan otoritas moneter diharapkan dapat mengoptimalkan momentum saat ini, di mana terjadi penguatan nilai tukar, aliran masuk modal asing, dan cadangan devisa yang meningkat. "Sehingga momentum tersebut bisa terus menjaga stabilitas kurs Garuda yang berkelanjutan sesuai dengan nilai fundamentalnya," ujarnya.

Perkembangan Perekonomian global bergerak dinamis. Bank DBS menyediakan layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perusahaan untuk membantu memahami seluk-beluk bisnis. Bagi nasabah yang ingin membuka rekening bisnis dan mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk-produk dari DBS, bisa Klik di sini (insert link http://go.dbs.com/id-katadata-dba ) untuk keterangan lebih lanjut.-

DBS Live More Society
DBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More Society

More Articles

Cek Artikel lainnya
Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online
#LiveSmarter6 Maret 2020

Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online

Tak terasa, kita sudah harus kembali mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan per orangan. Wajib diketahui bahwa akhir pelaporan surat akan berakhir pada 31 Maret 2020.

Read more
Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya
#LiveSmarter2 Maret 2020

Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya

Berkat kecanggihan teknologi, kini transaksi keuangan semakin dimudahkan. Salah satu nama besar yang sukses menerapkan kebiasaan ini adalah GoPay.

Read more
Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik
#LiveSmarter3 Februari 2020

Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik

Momen awal tahun biasanya jadi waktu yang tepat untuk melamar pekerjaan. Nah, siapa tahu kamu akhirnya bisa diterima di kantor impian. Caranya tentu dengan melampirkan CV yang baik dan menarik.

Read more