Dapatkan informasi seputar aktivitas dan penawaran menarik dari PT Bank DBS Indonesia, dengan mengisi form di bawah ini:
DBS Live More Society

DBS Live More Society

#AsianInsight

Bertahan di Tengah Ancaman Krisis Akibat Pandemi Covid-19

By Admin, 29 Mei 2020 Tentang Asia

Bertahan di Tengah Ancaman Krisis Akibat Pandemi Covid-19

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 hanya 2,97 persen. Kuartal berikutnya diperkirakan mendapatkan tantangan yang cukup berarti.

-

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan global secara dramatis. Tak hanya jadi masalah kesehatan, penyebaran virus ini juga menghentikan roda perekonomian global. Kantor-kantor, pabrik dan pusat perbelanjaan tutup, transportasi sebagian besar berhenti beroperasi, dan banyak perusahaan mengurangi pegawainya. Krisis ekonomi global bukan lagi prediksi, tapi sudah terjadi.

Dengan asumsi puncak pandemi terjadi pada kuartal kedua dan mulai surut pada paruh kedua, Dana Moneter internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global akan menciut dan terkontraksi hingga  minus 3 persen. Proyeksi IMF jauh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang sebesar 2,9 persen.
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/15/imf-prediksi-pertumbuhan-ekonomi-global-anjlok-karena-covid-19)

Angka tersebut — yang termuat dalam World Economic Outlook yang dirilis IMF pada 13 April — merupakan kemerosotan ekonomi terburuk sejak "The Great Depression" yang melanda dunia tahun 1929 dan krisis finansial global 2008-2009. Saat krisis finansial pada 2008, ekonomi global menyusut minus 0,1 persen. Ekonomi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menjadi yang paling terpukul oleh wabah ini.

DBS Live More Society

Masalahnya, kondisi perekonomian bisa jadi lebih buruk lantaran besarnya ketidakpastian. “Ada ketidakpastian ekstrim di seluruh dunia terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi,” tulis IMF dalam laporan tersebut. Bila puncak pandemi dan pemulihannya mundur dari perkiraan, maka perekonomian global bakal terperosok lebih dalam lagi.
(https://blogs.imf.org/2020/04/14/the-great-lockdown-worst-economic-downturn-since-the-great-depression/)

Menurut IMF, dampak ekonomi sangat tergantung pada faktor-faktor yang sulit diprediksi, seperti epidemiologi virus, kemanjuran upaya pembatasan serta perkembangan temuan pengobatan dan vaksin.

Ditambah lagi, kini semakin banyak tekanan yang dihadapi negara-negara di seluruh dunia, antara lain krisis kesehatan, keuangan, dan runtuhnya harga komoditas. Bahkan, sekalipun pandemi berakhir, lansekap ekonomi global sudah tak sama lagi. Efeknya lebih buruk dari krisis ekonomi 2008. Kerugian secara global bisa melebihi US$9 triliun atau lebih dari 10 persen produk domestik bruto (PDB) global.

Kelumpuhan ekonomi yang dimulai dari Tiongkok menjalar ke hampir seluruh negara di dunia. Dengan rantai pasokan yang terganggu saat pabrik tutup dan pekerja dikarantina, tingkat konsumsi dan belanja pun ikut anjlok. Aktivitas perdagangan global melambat sangat cepat.

DBS Live More Society

Krisis ekonomi kali ini jauh beda dari krisis pada 1998 dan 2008, baik dari penyebab maupun dampaknya. Saat krisis ekonomi 1998, nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjun bebas dari kisaran Rp 2000 menjadi Rp 15000 per dolar. Jatuhnya rupiah memukul perusahaan-perusahaan besar dan lembaga keuangan yang punya utang dalam dolar berjumlah besar.

Yang jadi bantalan penyangga perekonomian Indonesia ketika itu justru usaha-usaha kecil yang sama sekali tak punya utang dalam dolar. Mereka masih sanggup bertahan hidup dengan bergantung pada permintaan pasar dalam negeri. Besarnya pasar dalam negeri pula yang membuat Indonesia bertahan dari krisis ekonomi 2008 yang dipicu rontoknya sub-prime mortgage di Amerika Serikat.

Pengalaman melewati dua kali krisis ekonomi itu membuat Pemerintah Indonesia lebih siap menghadapi merosotnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 kali ini. Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan perbankan Indonesia, juga telah menyiapkan rupa-rupa protokol untuk mengantisipasi dampak pandemi.

Kondisi perbankan Indonesia saat ini pun jauh lebih sehat dan kuat dari 1998. Hal ini terlihat dari kondisi rasio modal atau capital adequacy ratio  (CAR) dan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Per Maret 2020 lalu, CAR perbankan Indonesia 21,77 persen dengan NPL 2,77 persen.
(https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51946817)
(https://katadata.co.id/berita/2020/03/26/bi-kondisi-saat-ini-lebih-kuat-daripada-krisis-ekonomi-2008-dan-1998)
(https://www.tribunnews.com/bisnis/2020/05/19/apa-beda-krisis-ekonomi-tahun-1998-dengan-krisis-karena-pandemi-covid-19)

Masalahnya, krisis ekonomi kali ini memukul seluruh sendi perekonomian. Dari perusahaan besar sampai usaha mikro dan kecil hampir tak ada yang bebas dari dampak pandemi. Semua kegiatan ekonomi dipaksa berhenti. Tingkat konsumsi masyarakat yang biasanya menjadi penggerak perekonomian terus turun.
(https://katadata.co.id/telaah/2020/05/07/konsumsi-masyarakat-lockdown-ekonomi-ri-langsung-jatuh)

-
DBS Live More Society

Ketika kegiatan ekonomi terhenti, para pemangku kepentingan wajib memastikan seluruh warganya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sejumlah negara telah menggelontorkan stimulus fiskal untuk menyelamatkan ekonomi dalam negeri agar tidak terpuruk lebih dalam akibat pandemi yang membuat seluruh sendi perekonomian lunglai.

Mengutip Kompas, sebanyak 183 negara sudah mengeluarkan stimulus yang ekstensif dalam menangani pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian. Stimulus tersebut seperti insentif pajak, jaring pengaman sosial, penjaminan pinjaman, penurunan suku bunga, pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), dan lainnya.
(https://bebas.kompas.id/baca/opini/2020/04/17/covid-19-dan-momentum-mengubah-struktur-ekonomi/)

Hal yang sama telah dilakukan Indonesia.  Pemerintah telah mengalokasikan stimulus tahap ketiga mencapai Rp 405,1 triliun untuk melawan Covid-19. Stimulus yang dikeluarkan  mencapai 2,5 persen terhadap produk domesti bruto.  Stimulus tersebut, mencakup anggaran kesehatan sebesar Rp 75 triliun, perlindungan sosial Rp 110 triliun, dukungan untuk industri Rp 70,1 triliun, dan program pemulihan ekonomi Rp 150 triliun.

Meski telah mengalokasikan stimulus lumayan besar, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu ragu anggaran tersebut mencukupi. "Terus terang kami ragu itu cukup. Pemerintah akan siap-siap juga kalau tidak cukup, apa yang harus dilakukan, karena memang tanda-tanda yang kami lihat agak mengkhawatirkan," ujar Febrio dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/4).
(https://katadata.co.id/berita/2020/04/20/kemenkeu-khawatir-dana-stimulus-rp-405-t-cukup-meredam-dampak-corona)

DBS Live More Society

Untuk mengantisipasi kebutuhan anggaran penanganan pandemi Covid-19, Kementerian Keuangan Republik Indonesia telah bernegosiasi dengan Bank Pembangunan Islam (Islamic Developtment Bank-IsDB). "Dana darurat Covid-19 dari IsDB dalam proses negosiasi antara US$ 200 juta -250 juta," tulis Sri Mulyani usai mengadakan konferensi video dengan IsDB dalam akun instagram resminya, seperti dikutip Katadata.co.id, Senin (27/4).

Sri Mulyani menjelaskan, dukungan IsDB tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembiayaan Infrastruktur Asia alias Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Dalam menggelontorkan bantuan tersebut, IsDB akan meluncurkan program 3R (Respons, Restore, Restart). Sri Mulyani juga telah menceritakan langkah-langkah kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi Covid-19 kepada Presiden IsDB Bandar Hajjar .
(https://katadata.co.id/berita/2020/04/27/sri-mulyani-bidik-dana-bank-pembangunan-islam-untuk-tangani-covid-19)

Stimulus dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Inisiatif  sejumlah negara dan Pemerintah Indonesia mengguyurkan stimulus untuk menjaga perputaran roda perekonomian, dinilai positif oleh analis Bank DBS yang diterbitkan lewat DBS Asian Insights report.

“Kesampingkan kekhawatiran tentang disiplin fiskal dan beban utang. Otoritas keuangan di seluruh dunia membiarkan defisit anggaran mereka terbuka lebar,” tulis analisis DBS dalam DBS Asian Insights report berjudul Hedge the Wave yang diterbitkan pada 13 April lalu.

Meski stimulus dinilai positif, pandemi Covid-19 membuat Pemerintah Indonesia mesti berakrobat menyelamatkan anggaran. Di satu sisi, adanya kebijakan karantina (lockdown) membuat banyak perusahaan terpukul dan ujung-ujungnya pendapatan pemerintah mengalami penurunan tajam. Namun di sisi lain, pemerintah justru perlu menambah pengeluaran untuk mengatasi penularan Covid-19, anggaran jaring pengaman sosial, stimulus pajak kepada usaha-usaha yang terpukul krisis, dan berbagai langkah pendukung lainnya.

DBS Live More Society

Masa-masa sulit itu sudah kelihatan gejalanya sejak awal tahun. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini hanya 2,97 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dari proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia  sebelumnya masih optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2020 sebesar 4,6 persen.
(https://katadata.co.id/telaah/2020/05/07/konsumsi-masyarakat-lockdown-ekonomi-ri-langsung-jatuh)

Sri Mulyani memperkirakan ekonomi pada kuartal II akan jatuh lebih dalam dibanding kuartal I 2020 imbas kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk memutus rantai penularan  virus corona.

"Kuartal II kita antisipasi akan lebih dalam lagi jatuhnya karena PSBB meluas bukan hanya di Jabodetabek," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (6/5). Dia  kaget dengan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I yang jauh lebih rendah dari perkiraan.

Sepanjang tahun 2020, masyarakat Indonesia diperkirakan akan memfokuskan pengeluaran pada bahan kebutuhan pokok. Sementara, pengeluaran yang sifatnya tidak prioritas akan terus tertekan. Akibatnya, konsumsi yang relatif masih dapat terjaga adalah makanan dan minuman selain restoran, serta jasa kesehatan, yang proporsinya mencapai 44 persen dari konsumsi rumah tangga.

Meski demikian, Presiden Joko Widodo menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tak buruk-buruk amat dibandingkan negara lain yang juga menghadapi pandemi Covid-19. Jokowi mencontohkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2020 minus 6,8 persen dari sebelumnya 6 persen. Dengan demikian, total penurunan kinerja ekonomi Negeri Tembok Besar sebesar 12,8 persen.

Tak hanya Tiongkok, perekonomian Perancis, salah satu negara yang paling parah dihantam Covid-19, juga babak belur, anjlok 6,25 persen. Sedangkan ekonomi Hong Kong turun 5,9 persen. "Spanyol turun 5,88 persen, Italia turun 4,95 persen. Kinerja ekonomi negara kita relatif masih baik," kata Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna melalui video conference, Rabu 6 Mei lalu. 
(https://katadata.co.id/berita/2020/05/06/psbb-meluas-sri-mulyani-antisipasi-ekonomi-jatuh-makin-dalam)

DBS Live More Society
DBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More Society

More Articles

Cek Artikel lainnya
Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online
#LiveSmarter6 Maret 2020

Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online

Tak terasa, kita sudah harus kembali mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan per orangan. Wajib diketahui bahwa akhir pelaporan surat akan berakhir pada 31 Maret 2020.

Read more
Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya
#LiveSmarter2 Maret 2020

Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya

Berkat kecanggihan teknologi, kini transaksi keuangan semakin dimudahkan. Salah satu nama besar yang sukses menerapkan kebiasaan ini adalah GoPay.

Read more
Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik
#LiveSmarter3 Februari 2020

Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik

Momen awal tahun biasanya jadi waktu yang tepat untuk melamar pekerjaan. Nah, siapa tahu kamu akhirnya bisa diterima di kantor impian. Caranya tentu dengan melampirkan CV yang baik dan menarik.

Read more