Sofyan Djalil: Reformasi Kebijakan-Kebijakan Struktural Ekonomi Jadi Kunci Menuju Perubahan

Indonesia / Ekonomi / 16 December 2014

Ketika Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo diumumkan beberapa waktu lalu, masyarakat mulai menaruh harapan yang tinggi. Semua menantikan strategi dan rencana kerja guna mampu mengawal Indonesia menuju gerbang masa depan yang lebih baik. Padahal, tantangan ke depan tidaklah mudah.

“Saat ini bukan waktu yang enak jadi menteri koordinator karena situasi eksternal sama sekali tidak mendukung”, ujar Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia pada DBS Asian Insights Seminar 2014 (25/11) dengan tema “Gamechanger; Championing a Better Indonesia”.

Sofyan menjelaskan, beragam faktor eksternal yang sedang tidak kondusif tersebut meliputi berakhirnya era quantitative easing (QE) yang dikeluarkan bank sentral Amerika Serikat (the Fed) dapat berdampak negatif bagi pasar surat utang atau obligasi di dalam negeri; harga komoditi yang berada pada posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir; pertumbuhan Cina tidak seperti yang diharapkan; kondisi keuangan Eropa yang masih dalam ‘ICU’; serta sektor manufaktur yang masih dalam posisi pertumbuhan negatif selama 5 tahun terakhir.

“Kebijakan yang tepat guna selalu datang saat kondisi sulit”, papar Sofyan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dirinya percaya bahwa negara maju tidak hanya berkat sumber daya alam, namun karena kebijakan tepat guna (good policy). Salah satu faktor utama pendorong pemasukan per kapita rakyat adalah adanya good policy, seperti Cina dan Korea Selatan.

Dalam seminar yang dihadiri oleh lebih dari 500 pelaku bisnis ini, Sofyan mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan struktural ekonomi menjadi kunci perubahan, dan kini prioritas Pemerintah adalah membenahi kebijakan berbagai sektor terkait. Pada sektor riil, misalnya listrik, yaitu membuat keputusan terobosan untuk menetapkan cap untuk pembangunan listrik. Siapa yang bisa membangun dan menyediakan jasa listrik dibawah harga/ceiling tersebut, maka akan dipersilakan.

Kebijakan fiskal digunakan untuk membuka lapangan kerja, mendukung pembangunan dan kemajuan infrastruktur, berorientasi pada investasi, dan mendorong pembangunan. Ia juga mengkritisi ego sektoral, khususnya dalam kinerja kementerian yang sebaiknya tidak lagi bekerja secara silo. Hasil kerja dan orientasi pada detail merupakan awal yang baik.

Menutup paparannya, ia menyampaikan optimisme bahwa Pemerintah akan sanggup merealisasikan tujuan pembangunan bangsa, bila semua ini dapat berjalan baik.

Selain Sofyan Djalil, turut hadir Andrinof Chaniago, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Kepala Bappenas); dan Kuntoro Mangkusubroto, Guru Besar Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung.Baca selengkapnya disini