Tiket Anda
Not Interested

TedX Jakarta 2018 Menyentil Manusia Untuk Hidup Lebih Baik

6 Mei 2019
#LiveSmart

Ajang berbagi ide inovatif dan brilian yang diusung TedX Jakarta 2018 berlangsung tanggal 8 September 2018 lalu di Balai Sarbini, Jakarta. Para pembicara hadir mengetengahkan gagasan yang memantik imajinasi penonton tentang eksistensinya sebagai manusia. Hidup tak cuma untuk diri sendiri, tapi juga menjadi berguna bagi orang dan alam sekitar.

Berikut berbagai pelajaran yang bisa dipetik dalam acara yang didukung bank DBS Indonesia ini.

1. Selamatkan serangga dari pestisida

Sujono Keron adalah anak petani yang menginisiasi Festival Lima Gunung sejak tahun 2010. Sebuah festival tahunan yang mengumpukan seniman dari lima gunung di Magelang, yaitu Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong dan Manoreh. Sujono menghadirkan pertunjukan seni yang menggabungkan seni wayang, musik dan kostum yang menggugat penggunaan pestisida. Kostum belalang, capung, lebah yang dipakai penari dan penabuh drum mewakili spesies serangga yang terbunuh pestisida. Spesies serangga adalah bagian dari rantai makanan yang menjaga keseimbangan alam.

2. Indonesia bisa lebih kaya karena pisang

Dr. Fenny Dwivany,  Associate Professor di The School of Life Science and Technology (SITH) yang merupakan bagian dari Institut Teknologi Bandung, memaparkan tentang fakta bahwa Indonesia merupakan produsen pisang nomor 6 di dunia. Tapi posisi melorot jauh ke ranking 60 dalam hal eksport pisang. Hanya satu jenis pisang yang berhasil dieksport, yaitu Cavendish. Padahal kita memiliki 300 jenis pisang. Penyebab utamanya adalah kebanyakan petani pisang tidak memiliki biaya dan teknologi yang mumpuni mengenai cara mempertahankan kematangan pisang. Melalui berbagai penelitian, Dr. Fenny dan rekan-rekannya menemukan cangkang udang dan kepiting bisa menjadi sumber post harvest technology. Serbuk chitosan yang diperoleh dari cangkang udang dan kepiting bila dibalur ke pisang akan mempertahankan kematangan hingga dua minggu. Tidak perlu energi listrik sama sekali! Teknik serbuk chitosan pun berlaku bagi bebuahan lain.

3. Pencak silat akan menjadi olahraga populer

Pencak silat lahir sebagai olahraga rumpun Melayu. Malaysia dan Thailand diketahui juga memiliki olahraga ini. Yola Primadona, peraih medali emas Asian Games 2018 cabang pencak silat memaparkan bahwa etiomologi kata ‘silat’ berasal dari kata silaturahmi. Kata ini bisa ditemui di rumpun bahasa Melayu, tapi kata Pencak hanya bisa ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Tapi pencak silat selalu terbuka bagi semua orang. Ini dibuktikan dalam pertandingan pencak silat kelas ganda, para atlit dipersilakan memasukkan cabang bela diri dari negara masing-masing. Karena fleksibilitas pencak silat sebagai bela diri inilah Yolanda berusaha turut serta mendorong pencak silat menjadi olahraga populer. Tugas selanjutnya adalah memasukkan pencak silat sebagai cabang olahraga yang terus diperlombakan di olimpiade. Syaratnya adalah setiap negara yang bertanding di olimpiade harus memiliki federasi pencak silat yang diresmikan oleh Menteri Olahraga yang bersangkutan. “Ini tugas kita,” tandas Yolanda.

4. Tips menghindari stalker dari seorang stalker

Sebagai mantan pekerja di (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) Kontras, Puri Kencana Putri, memiliki pengalaman berusaha menghindari kuntitan. Stalking baginya tidak cuma dari online, tapi justru di ancaman kuntitan di dunia nyata. Salah satu upaya menjaga keamanannya adalah saat sedang makan bersama orang banyak, ia akan memastikan orang lain makan duluan. Ia tidak ingin bernasib seperti Munir, ujarnya.  Di akhir pemaparannya, Puri membongkar rahasia bahwa ia pun juga memiliki tugas memata-matai orang lain.

5. Menumbuhkan empati dari keberagaman perspektif

Motivasi utama Ai Nurhidayat membangun SMK Darma Bakti Karya di Pangandaran didorong dari fakta bahwa banyak remaja yang ditemuinya tidak memiliki teman yang beragam. Sistem rayon yang diterapkan Kementerian Pendidikan tidak membantu karena murid-murid berpotensi ditempatkan di sekolah yang sama walau jenjang pendidikannya berbeda.  Akibatnya banyak anak yang memiliki teman yang sama dari SD sampai SMA. SMK Darma Bakti Karya berusaha mengubah ini dengan membuka kesempatan murid dari berbagai suku bangsa, agama dan kepercayaan. Tiap malam Minggu setiap murid diberi kesempatan presentasi tentang daerah masing-masing. “Konflik biasa dimulai dari ketidaktahuan,” cerita Ai. Walau sempat menghadapi berbagai serangan black campaign, SMK Darma Bakti Karya masih tetap berdiri dan memiliki murid dari 11 provinsi di Indonesia.

6. Keselarasan nilai-nilai bumi Priangan dengan Le Petit Prince

Buku Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupéry merupakan buku yang paling banya diterjemahkan ke berbagai bahasa selain kitab Injil. Termasuk ke dalam bahasa Mesir Kuno dan Sansekerta. Ini membuat Syauqi Ahmad tertarik menerjemahkannya dalam bahasa daerah Indonesia, yaitu Sunda. Syauqi menemukan adanya keselarasan nilai-nilai yang diusung Le Petit Prince dengan kearifan lokal bumi Priangan. Misalnya kisah pangeran cilik dengan bunganya yang mencerminkan nilai silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling mengingatkan) dan silih asuh (saling membimbing). Syauqi dan tim penerjemah berusaha mengantarkan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain tanpa mengurangi maknanya. Semua dilakukan agar kekuatan isi Le Petit Prince bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, terutama penutur bahasa Sunda.

7. Gerakan anti hoaks dimulai dari keluarga

Pada tahun 2014 Karlina Octaviany diminta ayahnya yang ketua RT untuk mengikuti pelatihan bersama ibu-ibu di sekitar kompleks tentang data kependudukan melalui format digital. Acara pelatihan berubah menjadi tutorial bagi ibu-ibu yang gagap teknologi. Kegagapan ini membuat kesenjangan teknologi antara ibu dan anak semakin jauh. Padahal ibu bisa menjadi filter informasi bagi keluarganya. Bersama teman-temannya, Karlina mendirikan Indonesian Voice of Women untuk memberikan pelatihan literasi digital kepada ibu-ibu. Sebagai jebolan S2 jurusan Digital Anthropology, Karlina melihat tidak ada bedanya antara dunia maya dan nyata karena semua berjalan berkesinambungan. Sehingga sekarang saatnya memberdayakan para ibu dengan ilmu digital.

8. Menjaga pengetahuan demi anak cucu kita

Hilmar Farid, sejarawan dan aktivis budaya, menunjukkan bahwa kekayaan musik Indonesia sudah dimulai sejak 1200 tahun lalu. Karmawibangga, salah satu relief di Candi Borobudur, menunjukkan penggunaan 36 alat musik oleh masyarakat. Delapan ratus tahun lebih dulu daripada Eropa saat menciptakan orkestra. Adapun tren pengetahuan lantas berubah. Kini pengetahuan lebih banyak dari Eropa ke negara kita. “Pengetahuan soal musik, diapropriasi, dikembangkan dalam bentuk yang kita sudah tidak mengenal lagi.

Kalau mau belajar budaya Indonesia mesti pergi ke Belanda,” cerita Hilmar yang menyesali adanya pemutusan pengetahuan. Banyak pengetahuan tradisional yang dipatenkan oleh korporasi dari Barat. Melalui UU RI nomor 5 tahun 2017 yang diresmikan oleh Presiden Jokowi, hak-hak intelektual berusaha dilindungi dan dilestarikan. Ini masih ketinggalan dibanding India yang sudah berani melarang hak paten terhadap pengetahuan-pengetahuan tradisional yang dihasilkannya. Hilmar berpesan agar tansmisi pengetahuan dan budaya Indonesia tetap terjaga antar generasi, perbanyak bicara dengan orangtua dan kakek nenek.

9. Memperluas akses kesehatan bagi ibu hamil di Indonesia

Kehamilan yang menyenangkan dan menenangkan itu hak semua perempuan. Namun 95% ibu di Indonesia tidak memiliki akses terhadap akses diagnostik yang tepat. Ada 5,4 juta ibu hamil di Indonesia, tapi hanya 4000 dokter kandungan yang 60% di antaranya berada di pulau Jawa. Kesulitan akses kesehatan bagi perempuan hamil berdampak pada 37% penduduk Indonesia akan mengalami stunting. Diperkirakan 15-20 tahun lagi, kita akan mengalami permasalahan nasional yang sangat berbahaya karena berdampak pada ketahanan dan daya saing sebagai bangsa.

Abraham Auzan bersama Anda Sapardan dan Dr. Ari Waluyo mengembangkan alat bernama Tele-CTG. Sebuah alat portable yang murah dan diintegrasikan dengan ponsel milik ibu hamil dan bidan yang menjangkau daerah terpencil. Hasil pemeriksaan bidan akan dikirimkan pada dokter-dokter kandungan yang berada di lain daerah. Para dokter lantas bisa memberikan diagnosis serta rekomendasi lanjutan. Setelah melalui berbagai tes yang diawasi oleh Kementerian Kesehatan, Tele-CTG akan siap diluncurkan. Selain Tele-CTG, mereka juga menginisiasi Sehati, aplikasi online untuk memonitor perkembangan janin yang sekaligus mengedukasi para bidan. Terhitung sudah 5000 bidan mendapatkan edukasi melalui Sehati. Abraham Auzan menutup sesinya dengan mengatakan bahwa masalah kesehatan anak dan ibu hamil bukan hanya masalah pemerintah. Ibu dan tenaga kesehatan harus salig berkolaborasi. Karena yang akan dihasilkan dari ibu hamil adalah generasi penerus bangsa.