Tiket Anda
Not Interested

Psst, Ini 4 Cara Putus Sama Gaya Bekerja Workaholic!

11 November 2019
#LiveAwesome

Mungkin sebagian besar dari kita tidak asing lagi dengan kata workaholic. Tahukah pengertiannya apa? Dilansir dari laman Wikipedia Indonesia, workaholic adalah suatu kondisi dari seseorang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain.

Seorang pekerja keras biasanya mencintai pekerjaannya, bersemangat, dan tetap memiliki waktu untuk melakukan hal lain di luar pekerjaannya. Sementara workaholic, berkerja keras dengan cara yang tidak sehat, sering merasa stres, kewalahan, dan tidak bahagia. Hmm, kita tipe pekerja yang mana, ya?

Akibat Pelarian Dari Masalah Lain

Menurut Susan Heitler, Ph.D, psikolog klinis terkemuka di Amerika Serikat (AS) dan penulis banyak buku self-help, seorang workaholic atau orang yang terlalu banyak melakukan satu kegiatan dengan berlebihan (seperti alcoholic dan sportsaholic) biasanya sedang ‘lari’ dari sesuatu. Susan menjelaskan, seringkali orang-orang tersebut lari dari masalah pernikahan atau hubungan lainnya. Bisa juga sedang lari dari kesepian, masalah finansial, sekolah, atau sisi gelap lainnya dalam hidup orang tersebut yang benar-benar sulit diatasi.

Penjelasan Susan serupa dengan hasil penelitian The American Psychiatric Association, yang menemukan bahwa ‘workaholism’ kerap memiliki hubungan dengan masalah kejiwaan, seperti depresi dan OCD (obsessive-compulsive disorder).

Menurut Susan, memang ada beberapa kondisi pekerjaan yang memang membutuhkan fokus dan perhatian yang intens hingga menyita waktu kita di luar jam kerja. Misalnya, saat sedang berusaha mendapatkan promosi, ketika memulai projek besar (seperti menulis sebuah buku), atau saat mulai bekerja di kantor atau bidang baru. Tetapi, jika kita terlalu sering berada di meja kerja kantor sampai tidak memiliki waktu lagi untuk keluarga, teman, atau hobi dan kesenangan kita, inilah saatnya kita meninggalkan gaya hidup workaholic ini. Gimana caranya, ya? Intip rahasianya berikut ini, yuk!

#1 Belajar Mengatakan ‘Tidak’

Untuk melepaskan diri dari gaya hidup workaholic, kita harus bisa belajar mengatakan ‘Tidak’. Memang tak mudah, bahkan lebih mudah menuliskannya daripada mengatakannya, tapi kita bisa mencobanya pelan-pelan dengan cara yang baik untuk semua pihak. Misalnya, mengatakan ‘tidak’ pada ajakan klien untuk meeting di akhir pekan, tapi kemudian memintanya mengubah jadwal di hari kerja. Atau menolak tambahan pekerjaan, tapi tetap meminta atasan untuk mengatur prioritas pekerjaan, sehingga akan terlihat mana pekerjaan yang urgent dan yang tidak. Dengan begini, kita akan memiliki waktu untuk yoga atau jalan-jalan bareng keluarga.

#2 Atur Waktu Bekerja Sesuai Kebiasaan

Ada sebagian pekerja yang lebih fokus bekerja di pagi hari, karena itu maksimalkan waktu ini untuk menyelesaikan tugas kita di waktu tersebut. Sebagian pekerja lainnya mungkin lebih bersemangat bekerja menjelang sore hingga malam hari. Boleh saja, sih, kita menerapkan hal tersebut, asalkan gaya bekerja kita ini tidak menghambat kerja tim. Yang terpenting adalah, usahakan bekerja di saat kita sedang bersemangat dan jangan pernah merasa bangga menjadi seorang workaholic

#3 Bicarakan Dengan Atasan

Malissa Clark, asisten profesor industrial/organizational psychology di University of Georgia, AS, mengatakan, cara lain yang bisa dilakukan pekerja untuk berhenti menjadi seorang workaholic adalah dengan mendiskusikannya pada atasan tentang waktu kerja yang berlebihan. Kita bisa membicarakan pada atasan kapan waktu kita on duty dan kapan waktu off duty. Bila atasan menolak memberi waktu kerja yang ideal pada kita, mari kita panggil Doraemon dan minta ia bawa kita pergi jauh menggunakan baling-baling bambu. Dengan kata lain, sudah waktunya kita caw dari kantor tersebut.

#4 Punya Pengingat Untuk Berhenti Bekerja

Anak-anak dan hewan peliharaan bisa dibilang pengingat terbaik yang bisa kita miliki. Keduanya membutuhkan perhatian yang banyak dari kita, sehingga kita tidak punya pilihan selain stop bekerja di luar jam kerja. Buat yang jomblo, tak punya anak atau hewan peliharaan, gunakan alarm saja. ‘Ganggu’ diri kita sendiri, dengan sengaja, untuk membuat kita berhenti bekerja. Cara menyenangkan lain yang bisa membuat kita berhenti bekerja adalah membuat reminder akan sesuatu yang kita sukai. Misalnya, nih, kita suka nonton series, kita bisa membuat pengingat untuk menonton serial tersebut di jam tertentu. Pasti langsung kepingin berhenti kerja, deh.

Butuh serial baru karena series kesukaan sudah selesai? Nonton mini-series berjudul Sparks, yuk! Season kedua Sparks baru saja diluncurkan, nih, pertengahan Juli 2019 lalu. Sejak ditayangkan pada 2016, ke-10 episode Sparks musim pertama telah ditonton lebih dari 250 juta kali, lho. Selain itu, sudah meraih sejumlah penghargaan pemasaran global. Mulai dari “Gold Award in Digital Marketing” di ajang “Global Efma-Accenture 2017 Distribution & Marketing Innovation Awards” hingga Silver Award pada penghargaan bergengsi “Shorty Awards 2018”. Keren!

Mini seri yang tayang di kanal digital ini merupakan bentuk komitmen Bank DBS dalam meningkatkan agenda pembangunan berkelanjutan sebagai fokus dan tujuan bank. Menariknya, serial bertema everyday heroes for a better world ini diilhami oleh kisah nyata. Penasaran? Nonton di sini aja!