Tiket Anda
Not Interested

Hati-hati Membuang Limbah Produk Elektronik!

18 Juni 2019
#LiveKind

Ke mana perginya limbah elektronik yang ada di rumah? Kebanyakan orang mungkin menyatukannya dengan  sampah rumah tangga atau karena bingung hendak dibuang ke mana, malah memilih menyimpannya saja di lemari dan melupakannya hingga bertahun-tahun kemudian.

Limbah produk elektronik yang paling sering dibuang begitu saja adalah baterai. Padahal mestinya baterai tidak boleh dibuang begitu saja. Sampah baterai termasuk sebagai sampah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun). Bahaya sampah elektronik muncul karena di dalam produknya mengandung berbagai logam berat. Merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel, dan lithium, adalah sebagian bahan logam dari produk elektronik yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.

Baterai-baterai bekas yang diperlakukan seperti sampah rumah tangga lainnya sangat berbahaya karena dapat mencemari tanah, air tanah, sungai, dan danau. Jika kita terus-menerus membuang baterai bekas secara tidak bertanggung jawab, tentu saja seluruh sumber air bisa tercemar.

Jenis baterai apa saja yang memerlukan penanganan khusus? Seluruhnya. Yaitu baterai ukuran AA, AAA, C, & D; baterai jam tangan, baterai lithium (baterai HP, kamera digital, baterai laptop, dll); dan baterai yang dapat diisi ulang.

Ternyata bahaya ya jika dibuang langsung. Lalu jika sudah tidak digunakan di mana membuang limbah produk elektronik itu? Limbah produk elektronik dapat dibuang ke box sampah khusus limbah produk elektronik. Jika sudah penuh, box ini akan dikirimkan ke perusahaan pengelola limbah untuk diproses sesuai ketentuan. Di Jakarta box ini disebut E-Waste Drop Box.

Sejak diluncurkan pada 2017 lalu, jumlah E-Waste Drop Box yang menerima sampah elektronik terus meningkat. Saat ini totalnya sudah ada 30 titik drop box yang tersebar di 10 halte Transjakarta, Stasiun Kereta Api Juanda dan Cikini, Balai Kota, box khusus di Posko Dinas Lingkungan Hidup Jakarta saat acara car free day di Bundaran HI, juga beberapa sekolah dan kantor.

Selain baterai, barang apa lagi yang berpotensi jadi limbah produk elektronik? Televisi, mesin fotocopy/scanner, mouse, keyboard, personal entertain device (pemutar musik), monitor pc, laptop, juga pemutar film termasuk dalam kategori limbah produk elektronik.

Data per Desember 2017 lalu dari Dinas Lingkungan Hidup Jakarta menyebutkan kalau limbah produk elektronik yang terkumpul sebanyak 12.722 unit. Jumlah limbah produk elektronik itu meningkat sebanyak 27.610 pada 2018.

Jika dihitung secara global, data dari UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB), menyatakan terdapat 44,7 juta ton limbah produk elektronik pada 2016 dan terus meningkat tiga-empat persen setiap tahun. Diperkirakan pada 2021, volume limbah produk elektronik mencapai 52 juta ton.

Jumlah yang mencengangkan, bukan? Yuk mulai sekarang, pikirkan baik-baik setiap keputusan untuk membeli barang, khususnya barang-barang elektronik yang mengandung logam berbahaya. Upayakan setiap keputusan membawa manfaat dan tidak menghasilkan sampah berlebihan. Percayalah, kebiasaan baik ini akan memberikan dampak yang besar di kemudian hari.