Tiket Anda
Not Interested

Untuk Kamu Yang Tidak Terlalu Mencintai Pekerjaanmu

1 Oktober 2018
#LiveWell

Nyaris semua orang semua pernah mengalaminya. Terbangun pagi hari oleh alarm yang berdentang keras, memandang jam, terbaring menatap langit-langit dan bertanya pada diri sendiri, “Harus banget hari ini pergi kerja?” Saya merasakannya sesekali dalam sebulan. Saya tahu sekali mengapa perasaan ini muncul. Karena saya tidak menggeluti pekerjaan yang sesuai passion, atau dalam bahasa Indonesianya, renjana. Saya tidak sendirian. Menurut riset Gallup yang dilakukan pada tahun 2017 kepada jutaaan pekerja di hampir 200 negara, 85% orang tidak menyukai pekerjaannya.

Anjuran untuk ‘bekerja sesuai passion’ sebenarnya maksudnya baik agar kita menggeluti profesi yang dicintai. Kita tentu sudah enggak asing lagi dengan kisah seseorang berhenti kerja lalu berhasil jadi desainer fashion, founder startup atau pengusaha coffee shop. Tapi anjuran ini pula yang mendorong banyak orang gonta-ganti pekerjaan dalam waktu singkat tanpa benar-benar tahu apa sebenarnya yang dicari.

Kata passion adalah kata yang sering kali dipakai orang tanpa pengertian yang lebih komprehensif.  Kebanyakan orang menganggap passion semata sebagai emosi yang kuat terhadap sesuatu hal. Call Newport, pengarang So Good They Can’t Ignore You, berkata bahwa ada dua asumsi dari follow your passion. Asumsi pertama, kita sudah memiliki passion yang terbentuk dalam diri. Asumsi kedua, kalau passion ini cocok dengan pekerjaan, maka dipastikan kinerja kita akan bagus.

Saya pernah bekerja sesuai passion selama belasan tahun. Waktu itu saya bekerja sebagai pemimpin redaksi sebuah media perempuan. Menulis dan isu kesetaraan gender adalah dua hal yang amat saya cintai. Saking cintanya, my job becomes my identity. Orang mengenal saya karena pekerjaan tersebut. Saya mencantumkan titel pekerjaan di semua medsos yang dimiliki. Singkat kata, saya terlena.


Hingga saatnya tiba, saya mengundurkan diri dari perusahaan tempat bekerja. Seketika berkecamuk pertanyaan dalam dada, “Who am I without the job?” Ibarat ular, saya harus ‘ganti kulit.’

Pada akhirnya saya tetap menggeluti isu kesetaraan gender dan menulis.

Hanya saja itu tidak lagi menjadi pekerjaan yang memenuhi kebutuhan primer dan membayar tagihan-tagihan yang datang tiap bulan. Saya menjadi seperti budak kapitalis pada umumnya. Saya bergabung dengan 85% orang yang tidak mencintai pekerjaannya. Saya bekerja di bidang yang tidak sesuai passion. Salah satu sebabnya karena saya bertekad tidak lagi ingin memiliki pekerjaan yang akan mendefinisikan diri ini.

Saya ingat pernah berada di sharing session bersama aktivis, pemusik, traveler, content creator, penulis, peneliti, fotografer dan aneka profesi lain. Semua nampak antusias menceritakan pekerjaan dan pencapaiannya. Trinity Traveler yang berada di samping saya berkata, “Memang beda, ya, aura orang-orang yang bekerja sesuai passion.”

 

Saya mengerutkan kening dan berujar, “Hmm gue, kan, sekarang enggak bekerja sesuai passion.” Yang kemudian membuat dirinya terdiam. Walaupun saya enggak bermaksud ngomel, sih.

Jay Shetty, mantan biksu yang kini terkenal sebagai motivational speaker melalui Facebook, pernah berkata bahwa sesungguhnya tidak ada yang salah memiliki pekerjaan hanya demi membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan keluarga. Some people can't have the dream job or the job they’re passionate about. Contohnya, Amir, si corporate lawyer, sesungguhnya ingin sekali mendirikan coffee shop.  Tapi dengan beban istri dan dua anak, haruskah dia berjudi dengan takdir atas nama passion?


Menurut Jay, bila kita benar-benar memiliki panggilan yang berkobar dalam hati, maka luangkan waktu dan energi melakukan side hustle di antara pekerjaan rutin. Seperti, melakukan kegiatan sosial, melukis, ngeband, belajar bahasa asing dan lain sebagainya. Side hustle bisa menjadi investasi yang di masa depan bisa berubah sebagai profesi utama kita. Side hustle bisa juga berarti side job dari pekerjaan yang benar-benar kita sukai. Ya ini berarti kurang-kurangin waktu Netflix and chill, atau mager ngecek medsos. Side hustle means to hustle more.

So what if you have a job just to pay your bills? Selama kita berkomitmen melakukan side hustle, kadar stres tentang pekerjaan akan jauh berkurang.Anggap side hustle sebagai udara segar yang kita hirup setelah berjam-jam menyusuri gua yang gelap. Bagi kita yang tidak terlalu mencintai pekerjaan, side hustle bisa menjadi bagian dari identitas diri. Sehingga ketika seseorang bertanya, “Kamu kerja apa?” Ada hal yang bisa ditambahkan. Contoh, “I am an accountant but a trader at heart,” “Aku kerja sebagai digital strategist tapi aku juga suka mendesain baju,” “Profesiku banker, tapi aku juga gitaris di sebuah band.” Sekarang setiap kali ada orang yang menanyakan pekerjaan, saya akan berkata, “I’m a communication manager, but at heart, I’m a writer and women’s right activist.”

Tidak semua orang bisa beruntung memiliki pekerjaan yang dicintai. And it is okay J. 

Bahkan Arifin Putra pun mengerti rasanya memiliki pekerjaan yang sebenarnya kurang sesuai passion-nya.