Tiket Anda
Not Interested

Sahabat Sejati atau Sahabat Kadaluarsa? 5 Trik Membina Persahabatan di Usia Dewasa Oleh Trinzi Mulawawitri

10 Juli 2018
#LiveWell

Mempertahankan persahabatan memang menantang. Ada triknya untuk membina persahabatan.

Saat kuliah, saya memiliki sekelompok teman dekat yang terdiri dari 10 orang. Kami menjadi sering berinteraksi karena tergabung dalam sebuah kelompok tugas. Kebiasaan belajar bersama di tempat salah satu rumah berkembang menjadi nonton bareng, becanda, saling curhat bahkan iseng bikin film independen.

Lulus kuliah, sebagian menjadi karyawan perusahaan. Ada yang memilih berkarir sebagai wirausaha. Ada juga yang melanjutkan kuliah di luar negeri. Dua di antara kami menikah dan memiliki anak. Waktu berjalan cepat, kami memiliki prioritas masing-masing. Saya tidak lagi dekat dengan semuanya. Hanya satu dua orang yang akhirnya menjadi tempat bersandar. Persahabatan kami telah berubah. Tapi kami masih menyempatkan diri berkumpul di acara-acara tertentu, seperti buka puasa bersama.

Persahabatan di waktu dewasa, yaitu menginjak usia pertengahan 20an tahun ke atas, jauh berbeda dibandingkan masa remaja atau kuliah. Inilah masa-masa kehidupan orang akan cenderung berubah. Persahabatan mengalami tantangan yang jauh lebih berat. Apalagi bila dibandingkan pasangan, anak dan anggota keluarga lain, sahabat adalah aspek kesekian yang menjadi prioritas. Pasti familiar, dong, ketika ada teman yang membatalkan janji karena anak lagi sakit. Atau terpaksa mengganti waktu pertemuan akibat teman harus menghadiri rapat.

Dalam persahabatan tidak ada ikatan darah yang mengikat, tidak kewajiban yang menjadi beban, tidak ada tanggung jawab yang harus dipikul. Semua pihak memilih menjadi sahabat atas dasar keinginan masing-masing. Kita bisa saja enggak ngobrol berbulan-bulan dengan seorang sahabat, tapi masih melihatnya sebagai teman dekat. Sementara itu tidak mungkin kita berhenti ngobrol dengan Ibu, apalagi bila ia sedang sakit.

Walaupun begitu, kehadiran sahabat tidak bisa disepelekan. Berbagai penelitian membuktikan keberadaan sahabat berkontribusi secara signifikan dalam kebahagiaan yang kita rasakan. Sedekat-dekatnya dengan suami, selalu ada hal lain yang ingin kita bagikan kepada sahabat-sahabat perempuan, ujar seorang teman dekat saya. Membina persahabatan di usia dewasa memang bukan perkara mudah. Berikut 10 trik yang bisa dilakukan demi mempertahankan sahabat sejati:

1. Sadari Tidak Semua Persahabatan Bertahan Lama

Seiring berjalan waktu, setiap orang akan mengalami perubahan. Baik secara biologis maupun psikologis. Ada seorang teman dekat saya yang dulu asyik banget diajak nongkrong. Tapi sepuluh tahun kemudian, saya sadar kami sudah tidak cocok lagi. Kehidupan menempanya menjadi orang yang jauh lebih negatif. Setiap habis berbicara dengannya, energi seperti terhisap habis. Saya pun merasa lebih baik menjauhi dirinya. Mengakhiri kedekatan dengan teman tertentu bukan berarti kita orang yang buruk. Kita sangat berhak melakukan hal ini untuk menjaga kesehatan mental.

2. Hindari Jebakan Teknologi

Mentang-mentang ada Facebook, Instagram dan WhatsApp Group, kita menggantungkan pada teknologi sebagai pemupuk persahabatan. Kita pasti mengerti bedanya persahabatan online dan persahabatan yang nyata. Koneksi online yang terjadi itu penting sebagai pendukung persahabatan. Tapi teknologi cenderung membuat persahabatan terjadi secara mekanis. Level kedekatan melalui online memang bisa dibangun. Misal, kita terbiasa saling share meme-meme receh. Tapi apakah level tersebut cukup memuaskan secara emosional? Di sinilah seninya bertemu langsung dengan sahabat.

3. Masih Bisa Mencari Sahabat Baru

Ketika sebagian besar teman dekat yang lama sudah sibuk dengan urusan masing-masing, kita masih bisa mencari sahabat baru. Suka traveling? Gabung open trip ke daerah yang sudah lama ingin kita kunjungi. Di usia pertengahan 20an, kesamaan minat sangat berguna menjadi dasar seberapa klop kita dengan seseorang. Tentunya bila ingin mengembangkan pertemanan menjadi persahabatan, berarti ada usaha yang harus dilakukan. Ajak teman baru kita melakukan hal lain. Seperti mengundangnya masak bareng di rumah kita atau lari pagi. Kalaupun akhirnya enggak cocok, jangan patah semangat dan tak perlu dipaksakan. Selalu ada celah untuk menciptakan pertemanan baru yang penuh makna.

4. Kualitas Lebih Penting Daripada Kuantitas

Tinggal di kota besar yang memiliki banyak halangan membuat kita harus terus menerus menghargai waktu. Rick Warren pernah berkata, ketika kita menyisihkan waktu untuk orang lain, maka kita memberikan sesuatu yang tidak akan pernah bisa dikembalikan. Oleh karena itu waktu adalah hal terbaik yang bisa diberikan seseorang kepada orang lain. Manfaatkan waktu berharga yang kita miliki dengan memaksimalkan pertemuan. Tak perlu memaksakan diri membuat arisan agar sebulan sekali bisa bertemu selama sejam. Lebih baik bertemu dua atau tiga bulan sekali tapi tanpa terasa bisa ngobrol hingga lebih dari lima jam.

5. Manfaatkan Momen

Ciptakan momen yang membuat kita memiliki rutinitas berinteraksi dengan sahabat-sahabat yang sudah lama tidak ditemui. Seperti acara berbuka puasa bersama, halal bihalal atau ulang tahun seorang teman dekat. Ketika kita sudah menciptakan rutinitas, maka tidak perlu paksaaan untuk bertemu, semua terjadi secara natural.