Tiket Anda
Not Interested

Kris Wahyudi, Founder Indosweatcamp: “Saya Masih Punya Guilty Pleasure, Kok.”

25 Juli 2018
#LiveWell

Sepertinya, kita semua tahu bahwa menjaga kebugaran dan berolahraga penting bagi kesehatan. Namun, tak bisa dipungkiri, selalu ada saja alasan yang membuat kita malas berolahraga: sibuk, mahal, tak punya cukup waktu, capek, malas, dan lain sebagainya.

Memiliki partner untuk berolahraga bareng mungkin bisa jadi solusinya. Kita bisa punya teman yang selalu menyemangati, mendukung, dan bahkan mengompori kita agar tak malas berolahraga. Barangkali ini yang membuat banyak orang tertarik bergabung dengan komunitas-komunitas olahraga urban; seperti IndoSweatCamp.

MERASA TAK PRODUKTIF DAN MUDAH LELAH

Founder komunitas IndoSweatCamp, Kris Wahyudi, mengaku ia pun pernah melalui masa-masa ‘kelam’ ketika hidup sehat dan bugar belum menjadi prioritasnya.

“Dulu saya kurus banget, nggak pernah olahraga, tidur nggak cukup, bangun siang. Makan sih banyak, cuma mungkin karena nggak bergizi, saya tetap kurus,” ujarnya. Kris selalu merasa badannya ‘tak enak’ terutama ketika ia harus bangun pagi untuk bekerja. Akibatnya, ia kerap merasa mudah lelah dan tidak produktif.

Inilah yang awalnya mendorong Kris mulai berolahraga dan mengadopsi gaya hidup sehat sekitar tahun 2008: agar ia bisa merasa lebih bugar dan produktif dalam bekerja.

“Ya, pastinya juga mau kelihatan lebih bagus badannya, ya. Tapi terutama supaya bisa merasa punya lebih banyak energi, daya tahan tubuh lebih kuat—karena ini terkait dengan pekerjaan, dan juga energi ketika sedang bersama keluarga.”

Salah satu jalan yang dipilih Kris, tak lain tak bukan, adalah dengan berolahraga. Jadi, sekitar awal tahun 2008, barulah ia melirik olahraga dengan lebih serius.

HIDUP SEHAT JANGAN DIBUAT SUSAH

Kris mengakui bahwa masih ada beberapa miskonsepsi seputar hidup sehat yang perlu diluruskan. Menurutnya, banyak orang yang justru membuat aktivitas hidup sehat sebagai sesuatu yang susah dan menantang.

“Kalau saya sih punya pedoman, hidup itu bisa kita bikin enak, bisa juga kita bikin nggak enak. Sama dengan hidup sehat. Kalau dibikin susah, ya, jadinya susah,” kata Kris.

Kris mengambil contoh makanan—sesuatu yang biasanya jadi fokus utama ketika seseorang beralih ke gaya hidup sehat. Tak melulu kita harus repot berpantang makan ini dan itu, atau harus memesan makanan khusus dengan asupan gizi tertentu.

“Ya, kalau dari makanan juga jangan dibikin susah. Kalau memang mau makan, ya makan. Tinggal lihat saja, yang masuk berapa kalori—lalu pikirkan bagaimana membuangnya. Misalnya, saya kalau sudah makan banyak, saya bisa lari 10 kilo atau treadmill 1 jam,” ujar Kris.

Kris juga percaya, olahraga demi kebugaran tak perlu dibuat susah atau mahal. Inilah yang juga membuatnya aktif mengembangkan komunitas IndoSweatCamp pada 2016 lalu.

Idenya sendiri adalah mengembangkan aktivitas berolahraga yang bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, tanpa alat-alat maupun perlengkapan khusus. Latihan bisa berupa kombinasi gerakan push-up, sit-up, plank, squat, jumping jack, dan burpees—yang semuanya menggunakan berat badan kita sendiri sebagai beban.

Latihan dilakukan bersama-sama setiap Selasa malam pukul 19.30 di Gandaria City Mall dan Sabtu pagi pukul 08.00 di Taman Kerinci, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain itu, ada juga komunitas IndoSweatCamp Kelapa Gading, Depok, bahkan Bali.

Selain berolahraga, kita juga jadi bisa bertemu banyak teman baru sebagai partner berlatih!

INDOSWEATCAMP ITU TIDAK SERAM, KOK!

“Orang masih berpikir bahwa karena judulnya ‘sweat camp’, mereka harus olahraga berat dan harus hardcore,” ujar Kris. “Padahal sebenarnya nggak begitu. Buat kita, yang penting orangnya mau mulai berlatih dulu. Itu sudah cukup.”

Komunitas IndoSweatCamp sendiri selalu terbuka bagi pemula. Mereka tidak akan dipaksa berlatih seperti peserta lain yang sudah lama bergabung.

“Misalnya, waduh saya nggak bisa push-up. Nggak apa-apa. Kita akan lakukan satu atau dua kali push-up saja, yang penting gerakannya benar,” ujar Kris. “Di sini, kita mengatur dan menantang diri sendiri, kok. Kalau baru, 5 kali push-up aja pasti sudah engap, capek. Tapi nanti kan lama-lama bisa 10 kali. Jadi, nggak ada keharusan ‘kalian harus bisa seperti kita’. Setiap orang berproses sendiri-sendiri sesuai levelnya masing-masing.”

Memiliki teman berlatih yang suportif dan ramah juga membuat pendatang baru di IndoSweatCamp tak perlu merasa terintimidasi. Kalau di tengah latihan merasa lelah dan mau beristirahat, silakan. Kalau masih tak yakin apakah gerakan kita benar, tinggal bertanya kepada teman-teman lain yang sudah lebih berpengalaman. Dukungan dari teman-teman berlatih inilah yang bisa ikut memicu kita menjadi lebih semangat dalam berolahraga.

MEMANG TIDAK MUDAH MEMBANGUN KOMUNITAS

Kris mengaku bahwa membangun komunitas memang tak mudah. Apalagi kini IndoSweatCamp sudah memiliki lebih dari 1.000 orang anggota. Semakin besar komunitasnya, tentu tantangan yang dihadapi juga tak kalah besar.

Untuk Kris, tantangan terbesar adalah menyamakan visi dan misi serta menjaga komitmen kepada seluruh anggota IndoSweatCamp. Setiap kali tantangan menerpa, Kris selalu mencoba mengingatkan dirinya dan para anggota komunitas mengenai mengapa dan untuk siapa mereka membangun IndoSweatCamp. Menurut Kris, dengan mengingat hal ini saja, biasanya masalah apapun yang hadir bisa diselesaikan dengan baik.

“Seperti waktu itu, pagi-pagi, hujan, ada seorang perempuan datang naik motor. Dengan semangat, dia bilang mau ikutan IndoSweatCamp. Saya tanya, dia dari mana. Dia bilang, dari Tanjung Priok. Padahal hari itu kita latihan di Taman Kerinci yang jauh sekali. Dia bilang, dia senang latihan bareng karena kakak-kakak di IndoSweatCamp selalu kasih semangat dan mendukung dia. Mendengar ini, saya jadi malu kalau malas-malasan dengan komitmen untuk IndoSweatCamp, sementara ada orang-orang yang seniat ini datang jauh-jauh hanya untuk latihan,” ujar Kris.

MAKAN ITU ENAK!

Meski kini hidup sehat dan olahraga sudah jadi bagian kesehariannya, Kris mengaku bukan orang yang fanatik. “Saya masih punya guilty pleasure, kok. Karena menurut saya, makan itu enak,” ia terkekeh. “Makanan diciptakan enak-enak untuk dimakan, gitu.”

Untuk Kris, guilty pleasure-nya adalah nasi putih dan masakan Padang—yang masih juga ia nikmati sesekali. Meski demikian, Kris mengaku, ia menyantapnya dengan sadar—tidak berlebihan, dan tentu tidak setiap hari. “Kalau sudah makan enak hari ini, ya, seminggu kemudian, lah, baru makan enak lagi!”

Olahraga sendiri diselipkan Kris di tengah-tengah aktivitas sehari-harinya. Pada pagi-pagi tertentu, Kris akan berlatih lari sekitar 1.5-2 jam sebelum berangkat kerja dengan kereta komuter. Selesai bekerja, sebelum pulang, ia biasa melakukan workout training, nge-gym, atau berlatih bersama IndoSweatCamp sekitar 30-45 menit saja.

Kris percaya, hidup adalah pilihan. Mau hidup lebih sehat atau tidak, juga pilihan yang bebas diambil (atau tidak diambil)—bahkan oleh orang-orang terdekatnya.

“Saya nggak pernah memaksa, baik sama teman atau keluarga. Buat saya, saya hanya bisa tunjukkan hasil dari gaya hidup saya. Biasanya kalau mereka tertarik ingin hidup lebih sehat, mereka akan mulai tanya-tanya,” ujar Kris.

Kris memang tak merasa terganggu jika ada orang-orang terdekatnya yang tidak mengadopsi gaya hidup sehat, atau bahkan tidak berolahraga. Ia percaya, setiap orang berhak memilih gaya hidup yang paling sesuai bagi dirinya.

Kebetulan saja, untuk Kris, gaya hidup yang paling sesuai baginya adalah hidup sehat dan bugar—yang membuatnya lebih berenergi dan produktif dalam kesehariannya.