Tiket Anda
Not Interested

Wahai Millennials Yang Sering Stres Di Kantor, 4 Trik Ini BIkin Kita Lebih Santuy

28 November 2019
#LiveSmart

Bisa dibilang, pekerjaan atau karier adalah prioritas terbesar kita. Kita memberikan begitu banyak waktu dan perhatian untuk menuntaskan deretan ‘to-do-list’ kita di kantor. Tapi, tanpa disadari, ambisi dan semangat kita dalam bekerja itu memunculkan stres di kantor. Sebagian dari kita mungkin sudah lupa kapan terakhir merasa relaks, atau melangkah dengan ceria ketika memasuki ruang kerja. Benar, enggak?

Hal itu terbukti lewat berbagai penelitian soal stres di kantor yang kebanyakan mengungkapkan, bahwa generasi milenial adalah generasi yang lebih stres dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penelitian tersebut dikemukan oleh Mental Health Foundation (MHF), badan amal yang fokus pada kesehatan mental di United Kingdom.

Dalam rangka Mental Health Awareness Week (14-20 Mei) tahun 2018, Mental Health Foundation (MHF) melakukan sebuah survei pada 4.500 orang terkait tekanan di tempat kerja. Hasilnya, gen milenial merasakan lebih banyak tekanan dibandingkan rekan kerja mereka yang lahir lebih dulu. Selain itu, lebih dari seperempat generasi milenial menyadari kalau pekerjaan mereka memang banyak tekanan.

Kesehatan mental bukan hal sepele, kan. Belajar dari film Joker (2019) yang memberikan pesan kalau mental yang ‘sakit’ bisa mengubah orang baik jadi jahat. Jangan sampai, deh, kita seperti si Joker. Kabar baiknya, kita bisa mengatasi stres, bahkan mengusirnya jauh-jauh dari keseharian kita supaya tetap jadi good and happy people. Tenang, caranya enggak sulit, kok. Asalkan konsisten dilakukan, pasti bisa. Nah, berikut ini adalah beberapa trik mengatasinya. Selamat mencoba!

#1 Rencanakan dan Buat Prioritas

Dasha Amrom, pendiri Career Coaching Ventures, mengemukakan, umumnya penyebab stres adalah perasaan yang muncul akibat kita tidak bisa mengendalikan berbagai hal di tempat kerja. Bisa dibilang, semacam baper pada pekerjaan gitu, ya. Solusinya, kita bisa membuat rencana kerja dan daftar prioritas tugas. Misalnya, nih, membuat to-do-list, menjadwalkan rapat, memecah projek besar menjadi langkah-langkah kecil dengan menangani yang prioritas terlebih dahulu, dan mau mendelegasikan tanggung jawab kita ke orang lain saat merasa overload.

#2 Bicarakan Dengan Atasan dan Kolega

Sebuah artikel penanganan stres pada pekerjaan di entrepreneur.com, menuliskan, bahwa 95% karyawan tidak mau mengakui kalau mereka stres atau tertekan karena pekerjaan mereka. Mari bergabung dengan 5% karyawan yang mau mengakuinya! Menurut Lydia Fairman, pakar HR (human resources) di Fairman Consulting, sangat penting untuk mau menerima dan mengakui stres yang kita alami terjadi akibat pekerjaan supaya kita tidak tinggal diam.

Akui stresnya, lalu bicarakan pada atasan dan rekan kerja tentang situasi yang kita alami, agar bisa mencari solusinya bersama-sama. Memang, sih, membicarakan isu seperti ini ke atasan bukanlah hal mudah. Tapi, memiliki manajer yang bisa diandalkan (terutama ketika karyawan mengalami masalah) adalah salah satu ciri-ciri perusahaan yang baik. Kalau manajer kita enggak seperti itu, ya berarti ini tanda kita harus caw dari kantor kita. Percayalah, masih banyak perusahaan yang lebih layak dari yang sekarang.

#3 Personalize Your Workplace

Lingkungan kerja itu berpengaruh, lho, ke mood booster kita. Karena itu, kalau memang kantor tak menyediakan lingkungan kerja yang nyaman buat kita, maka kita perlu ‘merancang’ area kerja yang menyenangkan. Yang mencerminkan isi hati dan kepribadian kita. Pertama-tama, singkirkan kekacauan di meja kerja. Lalu, hias meja kerja sesuai keinginan kita. Meja kerja si pecinta film? Boleh banget, pajang foto aktor atau aktris kesayangan di meja, atau tempel poster berisi quote-quote film favorit. Kita bisa juga memajang foto hewan peliharaan atau keluarga, tanaman indoor berukuran mini, kutipan motivasi, dan apa saja yang kita suka. Tapi, pastikan tidak mengganggu meja tetangga dan sudah sesuai dengan peraturan kantor, ya.

#4 Wajib Seimbang

Yup, kerja keras boleh saja, tapi jangan sampai terlalu mengganggu kehidupan pribadi kita. Keduanya wajib berjalan seimbang. Sebuah artikel populer dari penulis di BuzzFeed, Anne Helen Petersen, pernah menuliskan soal ini. Kebanyakan gen milenial selalu bekerja kapan saja, 27 jam 7 minggu. Misalnya, dengan masih membalas email kerjaan di hari libur dan malam hari menjelang tidur.

Solusinya bagaimana? Jangan tanyakan pada rumput yang bergoyang atau langit di waktu senja. Cuma kita yang tahu langkah apa yang harus diambil untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional. Sebisa mungkin, pisahkan work-life dengan personal-life. Bisa dimulai dengan mencoba buat enggak membawa pulang pekerjaan dan membagi perhatian untuk pekerjaan dan keluarga secara adil. Also, make sure we take regular short breaks throughout the day: take a walk or chat with friends irl (in real life).

Jangan sampai juga kerja keras kita tak berbuah apa pun. Habis begitu saja. Karena itu, menyisihkan penghasilan hukumnya wajib. Nah, salah satu cara menyisihkan penghasilan yang bisa kita pilih adalah berinvestasi lewat deposito. Deposito adalah contoh ideal bentuk investasi yang ramah di kantong dan punya cukup banyak keuntungan. Ini berarti, deposito menjadi salah satu alternatif terbaik untuk investasi buat para milenial. Caranya gampang lagi. Kita bisa mengajukannya lewat aplikasi digibank by DBS. Simak, deh, langkah pembukaan deposito di sini.

Baru dapat bonus dari Pak Bos? Boleh juga, nih, baca artikel ini yang membahas cara paling baik untuk menggunakan bonus yang kita dapatkan.