Tiket Anda
Not Interested

Belajar Bercerita Dari Hati Seperti Akun Humans of New York

2 Oktober 2018
#LiveAwesome

“My husband had a sudden heart attack a few months ago. It was just a few blocks from here. They called me in to identify his body and then just let me walk right out onto 7th Avenue. I felt so lost. My friends were wonderful and supportive but eventually everyone moves on with their lives. I don’t have children. And I’m not a workaholic. So I was left with this intense loneliness and void. I couldn’t eat. I couldn’t sleep. Then one day I started researching dogs that are good for grief and depression. And ‘poodle’ kept popping up. But when I went to the rescue fair, all the poodles were gone. There was this one old dog in the back that nobody was looking at. She was skin and bones. She was trembling and scared and mucus was running out of her eyes. She seemed so fragile. She reminded me of myself. I named her Grace because I think my husband sent her to me. She’s my first dog. She’s been pure joy. We spend all our time together. She’s gained her weight back. She comes with me to therapy. We’re getting better together.”

A post shared by Humans of New York (@humansofny) on

Pada tahun 2010 Brandon Stanton dipecat dari pekerjaannya sebagai pialang saham. Ia hanya memiliki kamera dan keinginan membara menjadi fotografer. Brandon yang saat bekerja selalu terobsesi dengan uang dan pasar modal, memutuskan mengubah tujuan hidupnya. “Saya memutuskan bahwa saya tidak akan lagi fokus memikirkan tentang uang, tapi bagaimana menghabiskan waktu yang dimiliki,” ujar Brandon. Lelaki kelahiran tahun 1984 ini berpikir bahwa yang dibutuhkan bukan waktu secara fisik, tapi waktu secara mental, yang berupa kebebasan melakukan hal-hal yang diinginkan. Sejak itulah ide Humans of New York (HONY) lahir.

Brandon menyusuri jalanan New York untuk mengabadikan profil manusia-manusia yang menarik perhatiannya. Bagi Brandon, New York adalah kota dengan manusia-manusia paling beragam di dunia. Beberapa tahun kemudian, tanpa dinyana, proyek HONY, telah menyentuh jutaan hati orang di seluruh dunia. Dua buku yang dirilisnya menjadi best seller. Majalah Time di tahun 2013 menobatkan Brandon sebagai figur di bawah usia 30 tahun yang paling berpengaruh di dunia. Brandon sempat berusaha menggeluti fashion photography, tapi kemudian ia sadar, orang tidak tertarik pada foto yang dihasilkan. Melainkan pada cerita tentang subyek foto yang ia bagikan.

“My father called me ‘stupid’ a lot. Even when I’d bring home good grades, he’d say things like: ‘You’re smart, but you don’t know anything.’ I just wasn’t a big reader like him. He always had a book in his hand. Math was my thing. During lunch I’d go to the junior high library and sit on the floor with puzzle books. Now I’m a teacher, and I’ve taught every math class in the high school curriculum. A few years ago I was teaching my precalculus class, and I stumbled upon a set of numbers that generated ellipses with identical positioning in both the rectangular and polar coordinate systems. So I turned them into variables, wrote a two-page proof, and had my work published in a journal called The Mathematics Teacher. Take that, Dad.”

A post shared by Humans of New York (@humansofny) on

Bagaimana cara Brandon mendekati orang asing dan membuat mereka membuka diri di HONY? “Awalnya saya takut banget. Tapi seiring waktu saya sadar ini bukan apa yang kamu katakan pada orang yang tak dikenal, tapi energi yang kamu berikan pada mereka.” Menurut Brandon, sebagai fotografer jalanan, kita harus siap bila orang menolak ajakan mengabadikan dirinya. Di awal memulai HONY, dua dari tiga orang yang didekati Brandon akan menolak penawarannya. Selain itu, ada beberapa hal lain yang dilakukan Brandon untuk menghasilkan cerita yang datang dari hati:

1. Tunjukkan Ketulusan

Ketika kita menunjukkan ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tulus serta kasih sayang, maka orang yang tak dikenal akan lebih mau berbagi cerita. Brandon tidak ragu menghabiskan waktu 30-40 menit duduk bersama subyek fotonya untuk menggali kisah hidupnya. Ketulusan juga berarti jangan men-judge pilihan hidup seseorang. Biarkan ceritanya mengalir tanpa mempengaruhinya dengan nilai-nilai yang kita anut.

2. Menekankan Pada Sisi Positif

“My father died on the day he got out of prison, so I never knew him. I was on my own as a child. I wasn’t able to go to school. I was hungry all the time. I’d wait all day by the marketplace until they threw out the rotten food. And if I couldn’t find any food, I’d steal it. I’ve spent over twenty years of my life in prison. My last sentence was for murder. A man slapped my mother so I stabbed him in the heart. But I’ve been trying to change ever since I adopted my son. I convinced his parents to let me have him because they were neglecting him. He was extremely sick when I found him. He was skinny like a lizard. But now he’s spoiled. Whenever he wants something, I give it to him. I don’t want him to be like me. I want him to go to school. My neighbors are in awe of my son. He never begs or fights. He’s very respectful because he’s so afraid of me. I always tell him: ‘If you ever fight or steal, I’m going to kill you.’” (Manila, Philippines)

A post shared by Humans of New York (@humansofny) on

Manusia akan merasa ‘terpanggil’ dengan content yang emosional. Semakin kuat emosi dalam cerita yang dipaparkan, semakin kuat rasa yang muncul. Emosi dalam cerita bisa positif maupun negatif dan keduanya bisa memberikan dampak viral. Brandon mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan sisi emosional. Tapi cerita yang diangkat selalu dari sudut yang positif. Kisah-kisah yang ditampilkan HONY menarik perhatian orang karena relevan dengan emosi yang dirasakan audiensnya. Ini contoh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Brandon:

  • Apa momen paling membahagiakan dalam hidupmu?
  • Siapa orang paling berpengaruh dalam hidupmu?
  • Apa momen paling menyedihkan dalam hidupmu?
  • Apa yang paling kamu takuti saat ini?
  • Apa nasihat yang ingin kamu berikan kepada orang lain?

3. Cari Hal Yang Tak Terduga

“My father died on the day he got out of prison, so I never knew him. I was on my own as a child. I wasn’t able to go to school. I was hungry all the time. I’d wait all day by the marketplace until they threw out the rotten food. And if I couldn’t find any food, I’d steal it. I’ve spent over twenty years of my life in prison. My last sentence was for murder. A man slapped my mother so I stabbed him in the heart. But I’ve been trying to change ever since I adopted my son. I convinced his parents to let me have him because they were neglecting him. He was extremely sick when I found him. He was skinny like a lizard. But now he’s spoiled. Whenever he wants something, I give it to him. I don’t want him to be like me. I want him to go to school. My neighbors are in awe of my son. He never begs or fights. He’s very respectful because he’s so afraid of me. I always tell him: ‘If you ever fight or steal, I’m going to kill you.’” (Manila, Philippines)

A post shared by Humans of New York (@humansofny) on

Saat melihat penampilan seseorang yang akan diabadikan, seringkali kita memiliki ekspetasi tertentu. Tapi suatu cerita akan semakin menarik bila plotnya tidak seperti yang diduga di awal. Jadi carilah pertanda-pertanda yang akan merombak ekspetasi kita. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang akan membuat orang lain (termasuk kita) terkejut bila mengetahui cerita tentang orang ini? Misalnya, memotret nelayan perempuan yang membawa jala penuh ikan. Saat kita berbicara dengannya, muncul cerita bahwa ia telah melaut sejak kecil karena ayahnya diam-diam suka mengajaknya meski dilarang oleh sang ibu. Tantangannya sebagai fotografer, kita harus bersabar dan membiarkan hal-hal ini muncul secara alami dalam interview.

Di era media sosial, kita memiliki kesempatan melengkapi foto dengan caption yang menggugah emosi. Ini suatu hal yang sesungguhnya masih jarang dimiliki oleh kebanyakan fotografer. Setiap orang memiliki cerita menarik. Robin Moore, penulis asal Amerika, pernah berkata, “Inside each of us is a natural-born storyteller, waiting to be released.”

Salurkan sisi pencerita dalam jiwa kita melalui DBS Live More Society Photo Competition 2018 yang bertema, Your Daily Kindness. Dengan berbagi momen kebaikan yang disaksikan, maka kita memiliki kesempatan memenangkan perjalanan fotografi ke Flores, NTT berasama Du’Anyam. Kompetisi berlangsung dari 11 Juli – 16 September 2018. Share the kindness to inspire more kindness.