Dapatkan informasi seputar aktivitas dan penawaran menarik dari PT Bank DBS Indonesia, dengan mengisi form di bawah ini:
DBS Live More Society

DBS Live More Society

#LivemoreKind

Apa Itu Greenwashing dan Bagaimana Mengenalinya?

 

By Admin, 20 Desember 2021 #LivemoreKind

DBS Live More Society

Karena krisis iklim sudah di depan mata, brand dan pebisnis ingin menunjukkan pada kita bahwa mereka turut memikirkan bencana terbesar bagi manusia ini. Tapi, seberapa tulus niat mereka?

Menyenangkan sekali ketika mengetahui bahwa banyak perusahaan berusaha menjadi lebih ramah lingkungan, tetapi sayangnya terkadang tanda dan slogan ini cuma marketing belaka. Berapa kali kita mendengar atau melihat kalimat ‘go green’ dalam beberapa tahun terakhir? Atau kata lainnya, seperti ‘eco-friendly', 'organic', dan 'sustainable'. Kayaknya terlalu banyak untuk dihitung. Bisa jadi ini karena greenwashing. Hmmm, apa, sih, arti greenwashing?

Menurut Cambridge Dictionary, greenwashing adalah sebuah strategi untuk membuat orang percaya bahwa suatu perusahaan berbuat lebih banyak untuk melindungi lingkungan daripada yang sebenarnya dilakukan. Dengan kata lain, greenwashing adalah adalah taktik yang digunakan oleh perusahaan untuk ‘mengelabui’ pelanggan agar percaya bahwa produk, layanan, atau misi organisasi mereka yang menyatakan kepedulian pada lingkungan, sebetulnya tidak benar-benar berdampak bagi kelestarian lingkungan. Bisa dibilang ini merupakan istilah dalam strategi komunikasi atau pemasaran untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan, yang pada kenyataannya tidak seindah yang mereka sampaikan.
Baca Juga: Gawat! Ini Yang Terjadi Kalau Kita Cuek Dengan Sampah Makanan

Cek, Cek, dan Cek!

DBS Live More Society

Ahli lingkungan Jay Westerveld menciptakan istilah ‘greenwashing’ pada tahun 1986 dalam sebuah esai kritis yang terinspirasi oleh ironi gerakan “Save The Towel” dari sebuah hotel yang lokasinya berada di tepi pantai. Gerakan itu dibuat oleh hotel tersebut dengan tujuan untuk menyelamatkan lingkungan dan terumbu karang. Namun pada kenyataannya hotel itu malah melakukan ekspansi ke arah pantai. Jadi ternyata, gerakan ini dibuat hanya untuk menaikkan keuntungan.

DBS Live More Society

Ada pula kasus greenwashing lainnya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Kejadian tersebut muncul di masa ketika sebagian besar konsumen menerima informasi atau berita terutama dari televisi, radio, dan media cetak, sehingga mereka tidak memiliki kemewahan untuk memeriksa fakta seperti yang kita lakukan saat ini.

Nah, karena sekarang mengecek fakta bisa dilakukan hanya dengan one-click-away,  kita perlu banget melakukan riset sebelum mempercayai kampanye sustainabily atau ramah lingkungan dari sebuah produk atau perusahaan. Sebaiknya, jangan langsung percaya pada logo atau slogan 'ramah lingkungan' yang dicantumkan pada produk tersebut. Sebagian besar produk yang mengklaim ramah lingkungan juga kerap mencantumkan label atau tanda bahwa produk mereka dapat didaur ulang.

DBS Live More Society

Memang, sih, tidak semua perusahaan mempraktikkan greenwashing dan kadang-kadang ini dilakukan secara tidak sengaja. Perusahaan mungkin fokus pada satu isu yang bisa mereka cari jalan keluarnya, tetapi tidak melihat gambaran yang lebih besar dan menimbang kerugian yang mungkin ditimbulkannya terhadap lingkungan pada saat yang bersamaan. Namun hal itu pun kadang disengaja. Perusahaan membuat iklan atau produk mereka yang menunjukkan bahwa mereka membantu menjaga lingkungan, meskipun sebenarnya tidak. Dalam waktu jangka panjang, hal ini bisa mengikis kepercayaan konsumen terhadap merek yang benar-benar menjalankan praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan. Setuju nggak?

Ciri-ciri GreenWashing

DBS Live More Society

Menurut Selling Sustainability Report tahun 2015 dari Futerra (agency perubahan keberlanjutan), ada 10 strategi greenwashing yang perlu kita kenali untuk kemudian dihindari, seperti berikut ini.

#1 Bahasa yang tidak jelas (fluffy language)
Menggunakan kata atau istilah tanpa arti/makna yang jelas, contohnya eco-friendly, ramah lingkungan.

#2 Tidak selaras antara praktik perusahaan dengan produknya
Perusahaan melakukan praktik tidak baik, sementara produk buatannya diklaim ramah lingkungan. Misalnya, bola lampu hemat energi yang dibuat di pabrik yang mencemari sungai

#3 Gambar yang ‘palsu’
Produk menampilkan gambar yang memberikan kesan ramah lingkungan, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Contohnya, penggunaan gambar pohon atau logo eco-friendly pada kemasan minyak goreng atau gambar bunga bermekaran dari pipa knalpot.

#4 Klaim yang tidak relevan
Penekanan pada satu bagian perusahaan, seperti strategi pemasaran yang go-green, namun praktik perusahaan lainnya ‘anti-hijau’.

#5 Pernyataan ‘’Best-in-class’
Pernyataan dari perusahaan bahwa konsumennya (pembeli produk/pengguna jasa) lebih mendukung gerakan keberlanjutan dibandingkan konsumen yang tidak membeli atau menggunakannya. Contohnya, perusahaan yang mengklaim bila membeli produknya, maka konsumen akan membantu perusahaan memberikan akses air bersih kepada masyarakat di daerah terpencil.

#6 Nama produk yang tidak masuk akal
Memberikan kesan ‘hijau’ pada produk berbahaya agar tampak aman, misalnya rokok ramah lingkungan.

#7 Gobbledygook
Gobbledygook adalah bahasa yang tidak bermakna atau dibuat untuk tidak dapat dipahami dengan penggunaan istilah teknis yang berlebihan, atau omong kosong. Misalnya, tagline dan informasi yang hanya bisa diperiksa atau dipahami oleh ilmuwan atau profesional, tapi tidak dapat dipahami oleh orang awam.

#8 Label yang menyatakan mendapatkan dukungan
Misalnya, terdaftar di MUI dan BPOM untuk membuktikan bahwa produk tersebut aman digunakan atau ‘eco-friendly’. Padahal, itu belum tentu benar.

#9 Tidak ada bukti
Klaim atau informasi pada produk dengan sebuah inisiasi yang mendukung kampanye ramah lingkungan, tapi belum terbukti kebenarannya.

#10 Memberikan data palsu
Produk atau perusahaan mengklaim atau memberikan data-data produk yang dibuat-buat sendiri. Inilah gunanya kita cek, cek, dan cek.

Mencari kebenaran dari satu hal yang kita sedang jalankan atau akan gunakan memang penting banget. Jangan sampai tertipu oleh hoax. Hal ini juga perlu sekali kita lakukan ketika lagi butuh uang tunai dalam keadaan darurat. Jangan sampai kita meminjam pada pinjaman online alias pinjol yang ilegal. Lebih baik meminjam ke layanan finansial yang sah dan terpercaya, seperti digibank KTA by DBS. Kita bisa apply pinjaman dengan approval hanya 60 detik saja. Penasaran? Cek detailnya di sini.-

DBS Live More Society
DBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More SocietyDBS Live More Society

More #LiveSmarter Articles

Cek Artikel lainnya
Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online
#LiveSmarter6 Maret 2020

Anti Ribet, Ini Cara Lapor Pajak Secara Online

Tak terasa, kita sudah harus kembali mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan per orangan. Wajib diketahui bahwa akhir pelaporan surat akan berakhir pada 31 Maret 2020.

Read more
Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya
#LiveSmarter2 Maret 2020

Terinspirasi Dari Cashless Society, GoPay Paparkan Strateginya

Berkat kecanggihan teknologi, kini transaksi keuangan semakin dimudahkan. Salah satu nama besar yang sukses menerapkan kebiasaan ini adalah GoPay.

Read more
Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik
#LiveSmarter3 Februari 2020

Tahun Baru, Kerjaan Baru. Ini Caranya Biar CV Kamu Dilirik

Momen awal tahun biasanya jadi waktu yang tepat untuk melamar pekerjaan. Nah, siapa tahu kamu akhirnya bisa diterima di kantor impian. Caranya tentu dengan melampirkan CV yang baik dan menarik.

Read more