Importance Of Technology

January 09,2018

“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.”

Pramoedya Ananta Toer

Pernah ngga sih, kalian merasa jenuh dengan apa yang dijalani? Merasa ada yang “kurang” padahal kerjaan dan semua hal kehidupan lagi lancar-lancar aja. Itulah yang saya coba ceritakan di film perdana saya Kinetik.

Inspirasi Film Kinetik dan #MudaBergerak

Film Kinetik bercerita tentang tiga orang sahabat yang merasa di hidup mereka ada yang kurang. Tiga orang sahabat sejak kecil Karim, Dea, dan Kevin sudah sama sama sukses di bidang yang mereka jalani. Akhirnya mereka memutuskan untuk merenovasi sebuah sekolah yang tidak layak karena kebetulan Karim adalah arsitek, sekaligus Kevin yang seorang IT mengajari mereka matematika, dan Dea yang seorang penari mengajari anak-anak tari tradisional. Setelah mereka berbagi dan bertemu anak-anak SDN Wanajaya, barulah rasa kekosongan itu bisa mereka atasi.

Saat saya dan tim datang ke SDN Wanajaya di Karawang, kami berharap bisa mengajari mereka membaca, berhitung, atau sekedar seru-seruan bernyanyi bersama. Tetapi ternyata saya salah. Anak-anak itulah yang mengajari kami banyak hal. Bukan berhitung atau bernyanyi, tetapi mengajari kami arti berjuang dan rasa syukur.

Sekolah mereka terletak di pedalaman Karawang, di balik pabrik-pabrik modern yang harus melalui jalanan terjal dan berjalan kaki 30 menit untuk ke sana. Jangan harap bisa gampang nge-charge atau update sosmed karena ga ada listrik maupun sinyal. Bahkan air pun sulit didapat. Untuk ke sekolah anak-anak itu harus berjalan kaki kurang lebih satu jam karena lokasi yang jauh. Tanpa alas kaki mereka berjalan melewati becek setelah hujan. Air untuk wudhu pun di sana harus mengambil dari sumur. Mengeluh kami urungkan melihat ketabahan dari mata-mata kecil mereka.

Film Kinetik dibuat untuk mengawali gerakan #MudaBergerak. #MudaBergerak adalah sebuah gerakan dimana kita mengolaborasikan komunitas sosial dengan developers dan desainer untuk menghasilkan digital campaign yang berdampak besar

 bagi masyarakat. Seneng banget karena antusiasme dari komunitas sangat besar. Ada 300 lebih komunitas dari Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Sumatera, dan provinsi lain yang mendaftar untuk kemudian diseleksi oleh tim kurator ahli hingga menjadi 5 saja.

Yang buat saya mengagumkan adalah komunitas-komunitasnya dibuat oleh anak-anak muda. Lima komunitas tersebut kemudian diajari berbagai macam tips and tricks dari para praktisi agency, media, online retail, dan lain sebagainya. Mereka belajar bagaimana presentasi yang baik, bagaimana membuat digital campaign seru, dan yang pasti diajarin juga bikin aplikasi dan website!

Teknologi sudah tidak bisa dilepaskan dari hidup kita, perusahaan dan komunitas baiknya melakukan digitalisasi untuk bisa lebih dekat dengan konsumen atau publik. Indonesia memiliki banyak komunitas sosial yang memperjuangkan solusi bagi masyarakat, namun banyak dari mereka mengalami kesulitan untuk berkembang. Padahal, menurut saya penting rasanya bagi komunitas-komunitas untuk melakukan digitalisasi agar lebih mudah menjangkau volunteer dan exposure dari masyarakat. Dengan exposure yang meningkat tentu harapannya pendukung komunitas tersebut semakin banyak dan dana yang terhimpun bisa dimanfaatkan untuk kemajuan cause yang dilakukan. Seperti apa yang dikatakan oleh Mark Twain,  “Continous improvement is better than delayed perfection”.

Nah, oleh karena itu, bagi kalian yang punya komunitas atau bisnis kecil-kecilan, jangan lupa untuk memanfaatkan teknologi dan sosial media yang ada.  Galilah  terus potensi-potensi apa yang bisa dimiliki hingga mencapai tujuan yang kamu inginkan.  But please note that our business in life is not to get ahead of others, but to get ahead of ourselves..

Live More. Live Smart

Putri Tanjung

Putri Tanjung

"

Young Ambitious Creative Entrepreneur.

SEE HISTORY

The Secret to Turn Your Great New Ideas into Actions!

October 16,2017

The Secret to Turn Your Great New Ideas into Actions!

CONTINUE READING