Tiga Gelombang Revolusi Digital

Global / Wawasan / 3 Oktober 2014

Teknologi digital dengan cepat mengubah cara bisnis dilakukan. Tak perlu ada pertemuan fisik antara penjual dan pembeli. Menurut laporan DBS Group Research “Sink or Swim Business Impact of Digital Technology” perubahan berlangsung dalam tiga gelombang.

Gelombang pertama ditandai dengan penetrasi smartphone yang sangat cepat. Di tahap inilah kini kita berada. Pada 2015, jumlah pengguna telepon pintar di Asia—di luar Jepang—mencapai 1 miliar. Cina penyumbang terbesar dengan 625 juta pengguna. Di Indonesia, jumlahnya diperkirakan bakal mencapai 125 juta.

Meningkatnya penggunaan smartphone membuat semakin banyak orang menjadi bagian dari ekonomi digital. Telepon pintar ini memungkinkan seseorang menjadi pembeli dan penjual, serta menerima informasi produk seketika.

Gelombang kedua adalah penggunaan data digital untuk memahami konsumen. Di tahap ini, semua data konsumen, baik dari media sosial maupun aplikasi, dikumpulkan dan dianalisis. Hasilnya, bisa memprediksi apa yang akan dibeli oleh seorang konsumen.

Pola ini sukses diaplikasikan oleh Alipay, perusahaan penyedia platform pembayaran online asal Cina. Perusahaan yang satu grup dengan penyedia layanan e-commerce terbesar di dunia, Alibaba, ini salah satu usahanya adalah menyediakan pinjaman.

Untuk memberikan pinjaman, Alipay tidak meminta aset sebagai jaminan. Mereka hanya melihat rekam jejak pembelian dan penjualan di situs e-commerce. Calon peminjam yang selama ini mengirimkan barang tepat waktu dengan kualitas baik, dianggap bisa dipercaya untuk mendapatkan pinjaman. Dengan sistem ini, Alipay pada akhir 2013 menyalurkan total pinjaman US$ 2 miliar. Total kredit macetnya pun hanya 2%.

Gelombang ketiga terjadi ketika semua perangkat yang digunakan sehari-hari terhubung dengan internet. Saat ini, produksi besar-besaran smartphone membuat harga komponen, seperti chip bluetooth, sensor gyroscope dan prosesor untuk aplikasi turun drastis sampai sekitar US$ 1. Padahal, berbagai sensor ini merupakan perangkat penting untuk memproses berbagai data.

Berbagai sensor ini kemudian dicangkokkan ke perangkat yang digunakan sehari-hari, seperti mobil dan kulkas. Perusahaan teknologi komunikasi Verizon memperkirakan, ketika penjualan perangkat telekomunikasi mobile mengalami titik jenuh, penjualan perangkat sehari-hari yang terhubung dengan internet akan meningkat 1.000%.

DBS dalam risetnya percaya bahwa fenomena ini akan membawa revolusi digital ke tingkatan baru. Google, umpamanya, saat ini terus mengembangkan mobil yang dikendalikan oleh komputer. Pada 2017, mereka berencana mencoba mobil tanpa pengemudi itu di jalan raya.

Pesatnya perkembangan inovasi teknologi membuat pelaku bisnis yang ketinggalan zaman terancam “gulung tikar”. Ini pernah dialami Newsweek dan Reader’s Diggest. Dua media terkemuka ini harus menyatakan bangkrut, setelah pendapatan iklan mereka tergerus oleh media-media online.

Nasib serupa dialami oleh Borders. Pada 2011, jaringan toko buku terbesar kedua di Amerika ini menyatakan pailit. Mereka kalah bersaing dengan toko buku online Amazon, yang mampu menggaet lebih banyak pembeli dengan alat bantu baca elektronik Kindle. Baca selengkapnya disini